Kalimantan Timur

Mengulur Naga


Perjalanan Sakral Mengulur Naga: Menghormati Roh Sungai dan Warisan Leluhur di Kerajaan Kutai

Perjalanan Menuju Kutai Lama

Di tengah perjalanan sungai, perahu yang membawa replika naga berhenti di beberapa tempat. Para pengabdi ritual turun ke tepi sungai, menyalakan dupa, dan melakukan tarian khusus yang disebut sebagai cara mereka ‘berbicara’ dengan dunia gaib.

Dewi: (berbisik sambil mengangkat tangannya ke langit) “Oh, leluhur yang agung, terimalah persembahan kami. Bimbinglah naga ini kembali ke asalnya dengan damai. Biarkan kita hidup dalam kesejahteraan dan kemakmuran.”

Jagat: “Kami mohon, berikan kami tanda bahwa roh-roh leluhur telah mendengar doa-doa kami.” 

Tiba-tiba, angin bertiup kencang di sekitar sungai, membuat dedaunan bergetar dan air bergelombang kecil.

Penonton (berbisik kagum): “Itu tanda dari leluhur… mereka menerima persembahan ini.”

Di Jaitan Layar, Kutai Lama

Setibanya di Jaitan Layar, kapal berputar sebanyak tujuh kali. Para pengabdi ritual memercayai bahwa ini adalah bentuk penghormatan terakhir bagi naga.

Dewi (mengikat tali pada kepala dan ekor naga): “Kepala dan ekor ini akan kita simpan di Keraton, sebagai simbol keberlanjutan kehidupan dan keberanian. Tubuh naga, biarkan ia kembali ke sungai dan mengarungi dunia mereka di dasar air.”

Jagat: (menarik tubuh naga ke tepi kapal) “Wahai Naga Bini dan Naga Laki, jaga kami semua. Kami lepaskan kalian kembali ke dalam pelukan sungai.”

Saat tubuh naga mulai dilabuhkan ke sungai, masyarakat di tepian mulai berebut bagian-bagian sisik naga yang tersisa.

Penonton (menyentuh sisik naga): “Sisik ini akan kubawa pulang, katanya bisa mengabulkan harapan, semoga keluarga kami senantiasa diberkati.”

Penutup di Keraton

Setelah ritual selesai, kepala dan ekor naga dibawa kembali ke Keraton Kutai untuk disimpan dan digunakan di tahun berikutnya. Para pengabdi ritual berkumpul, menyelesaikan upacara dengan ucapan doa.

Dewi: “Ritual ini mungkin terlihat sederhana, namun makna dan kehadiran leluhurlah yang membuat kita semua tetap bersatu. Sampai tahun depan, wahai roh para leluhur.”

Jagat: (mengangguk pelan) “Sampai kita bertemu lagi di Festival Erau berikutnya, dengan berkah yang lebih besar.”

Sorak-sorai masyarakat Kutai menggemakan tepian sungai. Harapan dan doa terwujud dalam ritual, menciptakan harmoni antara manusia, alam, dan dunia gaib.

Ritual Mengulur Naga yang penuh khidmat ini menggambarkan tidak hanya kepercayaan, tetapi juga hubungan antara manusia, leluhur, dan alam semesta. Rasanya seperti ada kehidupan tersendiri dalam replika naga tersebut, seakan legenda Putri Karang Melenu dan Aji Batara Agung Dewa Sakti masih bernafas di setiap upacara yang diadakan.

Pesan Moral: 

Ritual Mengulur Naga menjadi pengingat pentingnya keharmonisan antara manusia, alam, dan dunia spiritual. Upacara ini menekankan penghormatan terhadap lingkungan, kebijaksanaan leluhur, dan keyakinan bahwa semua makhluk—baik yang terlihat maupun tidak—saling terhubung. Tradisi ini mengajarkan bahwa dengan menghormati roh serta menjaga alam, manusia memastikan kesejahteraan dan keseimbangan untuk generasi yang akan datang.

Baca Juga: Berkah Naga Erau


Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Paling Populer

To Top