MEMBONGKAR ADAT LAMO PUSAKO USANG – Seri 312
Oleh: H. Aulia Tasman
Gelar Depati Muaro Langkap
Jambi, 1 Januari 2018
“WISATA RELIGIi – Desa Wisata Lekuk 50 Tumbi Lempur”
BENTUK ORNAMEN MASJID
KERAMAT LEMPUR – KERINCI
Teringat semasa kecil waktu masih di Sekolah Dasar tahun 1960-an sampai 1970-an awal, setiap malam ke Mesjid Kuno di Lempur untuk mengaji Al Qur’an dan belajar permainan silat yang diajarkan oleh guru-guru mengaji. Begitu juga bagi teman-teman lain yang bertempat tinggal di Lempur Bagian Mudik mengajinya di Mesjid Kuno Lempur Mudik, kami yang bertempat tinggal di Lempur Tengah mengajinya di Mesjid Kuno Lempur Tengah, dan bagi teman yang bertempat tinggal di Lempur Hilir maka mereka mengaji di Mesjid Kuno Lempur Hilir.
Tidak terlintas dan terbayang sama sekali bahwa tempat kami bermain dan dibesarkan di lingkungan Mesjid Kuno tersebut mempunyai nilai sejarah panjang dan nilai seni ukir yang sangat dikagumi oleh pencinta dan pengamat seni masa kini. Ukiran-ukiran yang terukir disepanjang dinding baik di luar atau di dalam masjid mempunyai arti, motif dan makna seni yang luar biasa dalamnya dan seni ukir yang dimiliki oleh nenek moyang kita dahulu tertuang ke dalam setiap sudut ruangan. Mulai dari tiang samping – tiang tengah, dinding, mimbar masjid, sudut masjid dan lainnya ternyata ornamen, bentuk, komposisi pewarnaan mempunyai makna seni yang sangat tinggi.
Ternyata juga bahwa nilai arsitektur pendirian masjid-mesjid kuno tersebut dikagumi pula oleh orang-orang yang belajar dibidang arsitek, masjid-mesjid kuno tersebut ternyata tidak menggunakan paku besi sebagai perekat dan pasak pengikut antara satu ujung papan dan tiang dengan ujung lainnya. Semuanya menggunakan pasak terbuat dari kayu, dan pasak kayu tersebut menjadikan masjid-mesjid kuno ternyata tahan goncangan gempa.
Mesjid kuno Lempur Mudik dan Lempur Tengah diperkirakan dibuat dalam waktu yang bersamaan dibuat sekitar abad ke 18 masehi karena dua masjid tersebut memang dirancang sebagai pusat pengembangan Agama Islam di Lempur. Masjid Kuno Lempur Tengah terletak di tengah dua Rumah Larek (rumah panjang) yang membujur utara selatan, demikian pula Masjid Kuno Lempur Mudik juga terletak di tengah dua larek panjang juga membujur utara – selatan menurut aliran sungai Batang Air Lempur. Namun berbeda dengan Masjid Kuno Lempur Hilir, memang sama-sama terletak di pinggir sungai namun letak rumah larek membujur dari barat ke timur. Masjid ini dibuat setelah adanya pemekaran negeri Lempur Bagian Hilir menjadi dua dusun yaitu Lempur Tengah dan Lempur Hilir diperkirakan mulai dibagun pada awal abad ke 19 masehi.
Masjid Kuno Lempur Tengah dan Masjid Kuno Lempur Mudik sekarang sudah masuk dalam “benda cagar budaya” yang dijaga oleh pemerintah sebagai “warisan” budaya yang sangat tinggi dan dihargai sebagai kekayaan budaya nenek moyang orang Lempur. Namun sayang masjid Kuno Lempur Hilir masih terabaikan karena belum masuk ke dalam “benda cagar budaya” yang dilindungi, pada hal nilai seni dan sejarah dari masjid ini tidak kalah menariknya dibandingkan dengan dua masjid yang disebutkan di atas. Ornamen “keramik” yang digunakan oleh masjid Kuno Lempur Hilir ini termasuk unik dan nyata berbeda dengan keramik yang digunakan oleh manusia sekarang. Ketinggian nilai seni dan nilai arsitektektur masjid-masjid tersebut yang mungkin untuk masa sekarang tidak akan pernah lagi untuk bisa diciptakan walau kemajuan jurusan arsitekt di perguruan tinggi semakin maju.
Kita bersukur, karena adanya dua mahasiswa dari Institut Seni Padang Panjang (ISSI Padang Panjang) yang bernama Alipuddin dan Yulimarni (2010) telah mebuka membuka mata kita tentang tingginya nilai seni dari masjid-masjid kuno tersebut, yang selama ini terselubung oleh kemajuan zaman.
MALPU Seri 312 dan 313 sepenuhnya menguraikan temuan dan hasil kajian dari mereka tampa menambah uraian dan keterangan lainnya.
Karena kekaguman mereka terhadap nilai seni dari ke dua masjid tersebut dengan sengaja mereka menambah kata “keramat” untuk masjid-masjid tersebut. Mereka menyebut masjid-masjid kunot tersebut dengan sebutan Masjid Keramat Lempur. Mereka menyebutkan ornamen yang terdapat dalam ke dua masjid tersebut adalah sebagai penggubahan bentuk-bentuk figuratif sehingga menjadi tersamarkan ini dipandang sebagai upaya jalan keluar untuk menghindari larangan menggambarkan makhluk hidup dan dianggap pulasebagai strategi adaptasi penyebarluasan agama Islam pada waktu itu.
Ornamen yang diterapkan pada umumnya berbentuk tumbuh-tumbuhan, geometris.
Ornamen diterapkan pada bagian luar maupun bagian dalam masjid, meliputi hiasan pada tiang, dinding, alang, papan pengunci sudut, mimbar, dan tempat azan. Di samping itu, ornamen tersebut terlihat adanya pengaruh ornamen yang terdapat pada benda prasejarah. Ornamen tersebut ditata atau disusun berdasarkan prinsip komposisi, meliputi: pertimbangan keseimbangan, keserasian, irama, kesatuan, proporsi, dan disusun secara vertikal maupun horizontal. Menggunakan data kualitatif, penelitian ini dianalisis secara deskriptif. Ornamen tidak hanya semata-mata sebagai penghias melainkan juga mengandung maksud-maksud simbolis.
Motif-motif hias itu meliputi tumbuh-tumbuhan, binatang, geometri, bentuk alam benda dan benda buatan manusia. Secara teoritiis menurut A. Steinmann, ornamen bermotif hias tumbuh tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi 3 yakni ornamen berbentuk bundar yang hanya menonjolkan satu jenis tumbuh-tumbuhan atau lebih, serta oramen-ornamen dengan pemandangan alam yang paling menonjol dan banyak dipakai sebagai motif hias tumbuh-tumbuhan adalah motif hias bungan teratai atau lotus.
Motif hias bunga teratai menduduki tempat yang istimewa dan sering dijumpai pada hasil kesenian Hindu sebelumnya, karena mengandung nilainilai keagamaan dan dikenal sebagai lambang kehidupan. Dilihat dari penggambaran bentuknya, motif hias bunga mengingatkan adanya pengaruh kesenian Cina, demikian juga motif hias bati karangnya, sebagaimana dijumpai pada motif hias Cirebonyang terlihat jelas mendapat pengaruh Cina.
Disamping itu dijumpai pengaruh Hindu , terdapat juga ornamen yang tampaknya mendapat pengaruh seni rupa Islam, yakni pada ornamen yang bermotif hias jalinan bersifat geometris yang lebih dikenal sebagai motif Arabes. Jalinan tangkai daun atau sulur dan bunga digubah sedemikian rupa sehingga membentuk pola ornament geometris yang memberikan ciri khas Islam.
Keunikan Masjid Keramat Lempur Kerinci selain bentuk ornamennya juga memiliki tempat mengumandangkan azan yang berada di atas empat buah tiang tengah. Tiang tersebut berdekatan dengan ventilasi yang berbentuk ornamen terawang. Tempat mengumandangkan azan tersebut juga dihiasi dengan beragam bentuk ornamen. Kehadiran ornamen di samping memiliki nilai keindahan juga mengisyaratkan berbagai makna dan fungsi-fungsi tertentu, sehingga menjadi salah satu identitas masyarakat Kerinci, utamanya masyarakat Lempur.
Penggunaan dan pelestarian ornamen yang terdapat di Masjid Keramat Lempur sudah tidak tampak lagi di tengah masyarakat. Masyarakat tidak mengetahui motif-motif apa yang diterapkan di Masjid Keramat Lempur apalagi cara membuat, alat, fungsi, dan makna yang diusungnya. Di samping itu, masyarakat pada umumnya lebih suka menggunakan produk dari daerah luar yang menjadi tren mengisi rumahnya sesuai dengan perkembangan zaman. Generasi penerus yang pandai membuat ornament dan mengukir sudah tidak tampak lagi serta kurang berminat terhadap ornamen yang diciptakan oleh nenek moyang mereka. Berangkat dari uraian di atas sangat menarik untuk dikaji dan diungkapkan. Dengan demikian dapat dirumuskan berbagai permasalahan.
Ornamen Kerinci juga tidak tertutup kemungkinan dipengaruhi oleh ornamen Minangkabau atau sebaliknya ornamen Minangkabau yang dipengaruhi oleh ornamen Kerinci. Mengamati bentuk ornamen Kerinci garis agak kurang luwes dan tekstur lebih kasar dari pada garis dan tekstur ornamen Minangkabau. Di samping itu, ornamen Kerinci bentuk motifnya masih jelas tampak pengaruh motif prasejarah. Persamaan tersebut dapat ditemukan dari nama ornamen yang digunakan, seperti motif kluk paku di Kerinci, kaluak paku di Minangkabau, itik malenggang di Kerinci, itiak pulang patang di Minangkabau.
Perbedaannya hanya tampak dari dialek yang digunakan sesuai dengan daerah masing-masing. Ungkapan rasa estetik nenek moyang orang Kerinci dapat pula ditemui di Masjid Keramat Lempur Kerinci dalam bentuk yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang ada di lingkungan alam Kerinci. Ornamen yang menghiasi hampir sebagian besar elemen masjid yang meliputi tiang, dinding baik yang di dalam maupun dinding luar, ujung kasau, alang, mihrab, mimbar, tangga, dan tempat azan.
Melihat bentuk ornamen Masjid Keramat Lempur tampak pengaruh sebelum agama Islam, seperti motif yang menyerupai bentuk gong yang terdapat di dinding bagian luar, di bawah lantai tempat azan, yang dapat ditemukan pada peninggalan batu prasejarah yaitu batu gong, motif pilin ganda seperti huruf S terdapat pada ujung kasau yang telah distilisasi. Motif itu dapat juga ditemukan pada bejana perunggu dari Kerinci yang masih tersimpan di Museum Nasional Jakarta, serta mirip dengan motif yang terdapat pada masjid-masjid kuno, rumah tradisional, dan pada kain batik Kerinci. Di samping itu, terdapat bentuk daun, bunga, dan bentuk akarakaran yang dijalin dan dipioh (dipilin) yang diperkirakan ada hubungannya dengan agama dan adat Kerinci.
Sejarah penerapan, penggunaan, serta perkembangan seni hias menghias di Kerinci tidak berangkat dan muncul secara tiba-tiba, tetapi merupakan kelanjutan dari perkembangan sebelumnya, apakah dalam bentuknya melanjutkan tradisi yang sudah ada, merevisi pandangan yang berkembang atau bahkan menolak dan menemukan sesuatu yang baru.Runtutan perjalanan sejarah ornamen dari masa lampau sampai sekarang menunjukkan bahwa kemajuan pola pikir dan pola hidup manusia telah mengalami perkembangan. Ornamen merupakan simbol, tanda, dan identitas sebuah budaya yang hidup dan berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat pendukungnya.
A. Jenis Motif Pada Masjid Keramat lempur Kerinci
Bentuk motif yang terdapat pada Masjid Keramat Lempur Kerinci pada umumnya berasal dari alam dan dapat dikelompokkan dalam motif geometris: segi tiga, lingkaran, segi empat, segi delapan dan huruf S; motif tumbuh-tumbuhan: pucuk pakis, buah labu, bunga, kelapa; motif alam benda: jalinan tali, gelang-gelang, danmotif binatang; gajah, ular, yang pada umumnya telah distilisasi dan dideformasi. Sumber motif dari alam tersebut ada yang diambil daun, bunga, kuncup, batang, tangkai, akar, dan ada lagi yang digabung atau disusun daun dan bunga, buah dan daun, serta gabungan dari motif geometris, motif alam benda, dan motif binatang yang telah dideformasi bentuknya.
Seperti yang diungkapkan oleh Alimin Depati, bahwa nenek moyang orang Kerinci mengambil unsur-unsur alam sebagai sumber motif yang mereka lihat lansung dan banyak menggunakan tali menali seperti ijuk, rotan, dan manau, yang bersifat elastis serta unsur binatang yang disamar-samarkan (Alipuddin, 2010: 101).
Tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai motif di Kerinci pada umumnya bermanfaat untuk dimakan, sebagai obat-obatan maupun keperluan hidup lainnya. Mereka langsung mencontoh alam yang ada disekelilingnya seperti: akar, daun, bunga, kuncup, dan sebagainya diambil dan dipetik lalu ditiru sesuai dengan keahlian mereka meramunya.
Motif pada Masjid Keramat lempur Kerinci bila dilihat secara seksama bentuknya tidak ada yang sama persis seperti diduplikat dari bentuk-bentuk yang lain. Dilihat dari bentuk motif ini diperkirakan dibuat oleh banyak orang dan dengan waktu yang lama. Motif tersebut berasal dari alam lingkungan mereka dan diberi nama oleh masyarakat yang mengunakan motif itu sesuai dengan kemiripan dengan tumbuh-tumbuhan, binatang, dan alam benda lainnya yang ditiru. Pemberian nama tersebut berdasarkan cerita mulut ke mulut yang mereka terima turun-temurun dariorang tua pendahulu, serta ada kemiripan dengan bentuk yang diacu.
Melihat jenis motif di Masjid Keramat Lempur tentunya tidak lepas dari perjalanan sejarah proses kreatif, pandangan hidup, dan pola pikir masyarakat setempat pada saat itu, dan hubungannya dengan alam lingkungan sekitar serta adat dan kepercayaan. Di samping itu, sesuai dengan perkembangan zaman dan pengaruh budaya yang masuk ke daerah Kerinci. Di antara jenis motif yang diterapkan pada masjid Keramat adalah sebagai berikut:

Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.