Uncategorized

MALPU 302 – KESENIAN TAUH DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT LEKUK 50 TUMBI LEMPUR


MEMBONGKAR ADAT LAMO PUSAKO USANG – Seri 302

Oleh: H. Aulia Tasman
Gelar Depati Muaro Langkap
Tanggal 1 Desember 2017

KESENIAN TAUH DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
LEKUK 50 TUMBI LEMPUR

Kesenian Tauh merupakan salah satu media bagi masyarakat Lekuk 50 Tumbi Lempur untuk mengungkapkan rasa syukur terutama kepada Allah SWT atas hasil panen yang diperoleh, kemudian ungkapan rasa terima kasih mereka kepada leluhur yang telah mewariskan tanah yang subur kepada anak cucu mereka sehingga dapat menjadi mata pencaharian oleh masyarakat lempur sampai sekarang, dan juga rasa erima kasih kepada kepada leluhur yang dipercaya telah menjaga danmenghindari Desa mereka dari malapetaka seperti, Kebakaran, Banjir, dan sebagainya.

Kesenian Tauh ini terdiri dari tiga unsur pokok yaitu, alat musik Redap (sebuah alat musik yang terbuat dari kulit sapi yang dibentuk bulat menggunakan kayu sebagai bingkainya), alat musik Gong, Mantau (nyanyian atau lagu), dan Gerakan-gerakan tubuh. Bunyi dari permainan Redap redap ini mempunyai ciri khas dan kharakternya masing-masing, nyanyian berupa pantun-pantun menyangkut pesta panen dan kegiatan masyarakat, kemudian ada gerakan-gerakan tubuh sebagai pendukung agar lebih indah dan menarik untuk disaksikan.

Seiring perkembangan zaman kesenian tauh yang dulunya adalah  kesenian paling utama dan sangat penting dalam kehidupan masyarakat daerah Pamuncak Nan Tigo Kaum (Pamuncak Tuo – Pulau Sangkar; Pamuncak Tengah – Serampas, dan Pamucak Bungsu – Sungai Tengan) yand telah ada semenjak abad ke 15 masehi. Sampai sekarang kesenian tauh (tari tauh) masih mdipakai oleh masyarakat Serampas, Sungai Tenang dan khususnya di dearah Lekuk 50 Tumbi Lempur, sedangakan tradisi bertauh di masyarakat Pamuncak Tuo (Pulau Sangkar) sudah menghilang dan tidak ditemukan lagi semenjak menghilangnya tradisi Kenduri Sko (Kenduri Adat) sejak tahun 1933. Kesenian Tauh ini menjadi sangat semarak dikembankang dalam masyarakat Lekuk 50 Tumbi Lempur dimana tradisi pelaksanaan Kenduri Sko tidak pernah terhenti semenjak zaman Pamuncak dulunya.

Sebagai salah satu usaha masyarakat Lekuk 50 Tumbi Lempur untuk melestarikan kesenian tauh sehingga pewarisan kesenian tauh ini dapat terus berjalan dari generasi kegenerasi adalah dengan cara mengembangkan corak ragam tari tauh sesuai dengan dinamika kehidupan masyarakat.

Sehingga kesenian tauh tersebut sudah dimodifikasi seperti diuraikan dalam MALPU seri 301 menjadi beberapa ragam antara lain:

1) tari tauh anak-anak atau muda-mudi, tari tauh ini ditarikan secara bersama dan sering berpasangan baik sesama laki-laki, perempuan atau campuran dengan format dan pola tertentu yang melambangkan suatu kegiatan atau formasi huruf dan kata tertentu.

2) tari tauh selamat datang dan persembahan, biasa dilakukan untuk acara penyambutan tamu-tamu terhomat yang hadir dalam acara tertentu, atau sebelum acara tertentu dimulai, bisa dimasukkan koreografer kontemporer (gerak tari kekinian).

3) tari tauh gembira atau tari pergaulan, tari tauh yang dilakukan pada acara-acara tertentu yang ditarikan oleh anak remaja secara berpasangan atau bersama-sama yang tujuannya adalah bersenang-senang, mengisahkan kehidupan masyarakat desa dan kehidupan muda-mudi.

4) tari tauh depati, ini adalah tari tauh yang dilakukan pada acara resmi oleh para depati sebelum acara kenduri sko. Tauh depati ini hanya diperuntukkan bag orang laki-laki yang bergelar. Masing-masing depati sedianya mempunyai gerak tari tertentu dari waris depati yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

5) dan tari tauh orang kebanyakan, tari tauh ini tidak disarankan mempunyai formasi dan gerak seragam tertentu, tarian ini bercampur antara laki-laki dan wanita, boleh memilih berpasangan sesama atau berlainan jenis kelamin.

Asal-usul Kesenian Tauh ini sangat berkaitan dengan asal-usul desa Lempur, pada zaman dahulu Kesenian Tauh dipertunjukan oleh para raja-raja untuk merayakan Upacara-Upacara adat termasuk kenduri sesudah menuai padi (panen padi), Tugeh (pengukuhan) Depati – ninik mamak ataupun menyambut tamu-tamu wilayah kedepatian sekitarnya.

Modifikasi penting dalam Kesenian Tauh adalah digunakannya tari tauh dalam beberapa jenis penggunaan. Khusus penggunaan tari tauh bagi penyambutan tamu biasanya mempunyai delapan orang penari yang memainkan gerakan-gerakan yang sudah dirancang sedemikian rupa sehingga menjadi Tari Selamat Datang dan Tari Sekapur Sirih. Tari tauh sekapur sirih digunakan khusus dalam penyambutan Tamu Terhormat yang pertama kali datang ke daerah Lekuk 50 Tumbi Lempur, dalam pelaksanaannya dalam satu kesempatan penari tauh dapat membawa ‘serimpi’ berisi kelengkapan makan sirih (sirih, gambir, kapur) dan rokok yang disajikan kepada tamu untuk mencicipi sirih yang dimakan bersama-sama. Tradisi ini ada pada zaman dulu, namun sekarang sudah jarang dilaksanakan.

Sebagai penggantinya digunakan Tari Tauh Selamat Datang, yang digunakan hampir semuanya pada saat penyambutan tamu dan permulaan dari acara kenduri sko. Kalau tari ini dilaksanakan diluar ruangan atau di halaman, maka akhir dari tari tauh ini adalah formasi tauh yang oleh pernarinya memisah diri kiri kanan dan mempersilakan tamu beserta rombongan untuk memasuki ruangan tempat acara dan tari tauh itu berakhir setelah semua tamu undangan memasuki ruangan atau gedung upacara. Tapi kalau diadakan pada saat acara Kenduri Sko, maka sebelum acara dilaksanakan Tari Tauh Selamat Datang ini ditarikan utuh sampai akhir dan ditutup dengan gerakan mengangkat tangan sambal menyusun jari yang sepuluh dan digerakanan naik turun keberapa punjuru ruangan sebagai pertanda penari tauh untuk mengakhiri tari tauhnya dan untuk permisi kembali keluar panggung dan kembali ke tempat yang dikhususkan untuk tempat duduk mereka.

Sebagai tarian formal dalam acara penyambutan tamu-tamu (kerajaan) dan penari memakai pakaian adat Lempur yang berwarna hitam dan coklat tua serta penutupi kepala yang dihiasi perak yang disebut dengan ‘kuluk kecipung’ untuk mempercantik para penari penyambut tamu sehingga tamu yang datang merasa sangat dihormati telah disambut dengan baik oleh masyarakat.

Tari Tauh dalam kegiatan kenduri sko (kenduri sesudah panen) juga memiliki penari tetapi penari dalam pesenian ini berasal dari para penonton yang ingin ikut menari. Tari tauh dilaksakanan pada tiga macam waktu pelaksanaan:

1. Pada malam harinya, tari tauh dimulai pembukaannya oleh “Tauh Depati”, kemudian setelah semua orang adat bertauh kemudian setelah selesai, kemudian dilanjutkan dengan bertauh secara masal yang sifatnya spontanitas. Bertauh seperti ini disebut dengan tauh muda-mudi yang dilaksanakan sampai pagi hari.

2. Pada rangkaian acara resmi perayaan Kenduri Sko dalam gedung, dimulai dengan Tari Tauh selamat datang, kemudian dilanjutkan dengan “Tauh Depati” dan tidak ada tauh bersama masyarakat umum seperti yang pertama. Sesudah Tauh Depati barulah seluruh rangkaian acara kenduri sko dan tugeh depati dilaksanakan sampai selesai.

3. Bila pada acara kenduri sko ada acara “tugeh depati” maka sesudah Tari Tauh Pembukaan yang dilaksanakan oleh delapan orang penari, kemudian dilanjukat dengan acara Tugeh Depati, dan sesudah Depati baru memakai pakaian adat lengkap, maka dilanjutkan dengan acara Tauh Depati yang dimulai dari Depati Agung sebagai pimpinan adat Lekuk 50 Tumbi Lempur kemudian mengajak dua depati (Depati Anum untuk Lempur Bagian Mudik dan Depati Suko Berajo untuk Lempur Bagian Hilir) bertauh, kemudian diminta Tauh Kehormatan untuk depati-depati yang baru dikukuhkan. Kalau waktu memungkinkan maka diminta juga turun seluruh depati, tamu kehormatan dan kepada desa/lurah untuk ikut bertauh beramai-ramai.

4. Tari Tauh Kolosal yaitu tarian yang menyajikan suatu tarian yang menampilkan lebih dari 20 penari untuk menciptakan suatu karya tari yang menarik atau biasa disebut dengan tarian massal, dalam kegiatan pesta panen para penari tidak wajibkan memakai pakaian khusus melainkan memakai baju sehari-hari saja karena Kesenian Tauh di sajikan untuk masyarakat banyak yang ingin ikut menari. Waktu pelaksanaannya sesuai dengan acara adat atau acara resmi kecamatan atau kabupaten.

5. Semenjak Daerah Lekuk 50 Tumbi dinyatakan sebagai daerah Branding Wisata atau Desa Wisata, maka Tari Tauh digunakan untuk kegiatan penyambutan Tamu Wisata yang umumnya dilaksanakan di Simpang Lempur Tengah baik dilakukan siang hari atau malam hari. Dimulai dengan tari tauh dari sejumlah penari tauh resmi (biasanya delapan orang), sewaktu bertauh tersebut tamu-tamu wisata diajak secara bersama untuk bertauh bebas, mereka boleh bertauh dengan belajar dengan penari tauh atau dengan orang penonton yang ikut bertauh, dan mereka boleh pula bertauh sesuai tari masing-masing walau bukan gerakan tari tauh.

Catatan: Hanya untuk jenis pertama (tauh muda-mudi atau bersama) malam hari saja yang ‘disiapkan’ beberapa orang pawing untuk antisipasi kalau penari tauh yang “kemasukan” atau tanpa sadar diri untuk disadarkan kembali. Sedangkan untuk acara tari tauh lainnya yang waktunya hanya sebentar tidak disediakan ‘pawang’ karena tidak akan terjadi kelelahan yang menyebabkan seseorang tidak sadar diri atau masuknya roh gaib ke tubuh penari.

Masyarakat Desa Lekuk 50 Tumbi Lempur Kabupaten Kerinci menganggap Kesenian sebagai bagian dari denyut kehidupan, seperti seni lainnya. Hal ini terlihat dari banyaknya acara-acara adat dan pesta tradisional itu meletakkan kesenian Tauh sebagai akses keberhasilan acara atau pesta tersebut. Kesenian juga merupakan penentu identitas dari status di masyarakat. Dalam keberadaan seperti itulah musik sangat diperlukan dalam upacara tradisional, ini dijumpai antara lain seperti acara Pesta Adat merupakan acara seremonial dalam tradisi masyarakat Desa Lekuk 50 Tumbi Lempur yang didahului oleh acara sakral yaitu acara Pemberian Gelar Depati atau (nugeh).

Setelah dilihat bentuk pertunjukan Kesenian Tauh dalam acara Pesta Panen Padi yang diselenggarakan oleh masyarakat Desa Lekuk 50 Tumbi Lempur maka disimpulkan masalah fungsi yang ada dalam masyarakat dari aktivitas pertunjukan Kesenian Tauh yang mempunyai makna-makna filosofis tersirat di dalamnya. Maka ada 6 fungsi Kesenian Tauh dalam masyarakat Desa Lekuk 50 Tumbi Lempur: (1) fungsi pengungkapan ekspresi emosional, (2) fungsi hiburan (3) fungsi komunikasi, (4) fungsi reaksi jasmani, (5) fungsi pengintegrasi masyarakat, dan (6) fungsi pengesahan lembaga sosial. (disarikan dari tulisan Riza Silfi Riski Ayu, 2014). …* (tamat)


Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top