MEMBONGKAR ADAT LAMO PUSAKO USANG – Seri 301
Oleh: H. Aulia Tasman
Gelar Depati Muaro Langkap
Tanggal 29 November 2017
“TARI TAUH” – TARI TRADISIONAL DAERAH PAMUNCAK NAN TIGA KAUM
Tarian ini merupakan tarian khas Daerah Lekuk 50 Tumbi Lempur Kecamatan Gunung Raya, biasanya diselenggarakan pada saat upacara adat seperti Kenduri Sko (gelar pusako) dan juga untuk penyambutan tamu kehormatan.
Tari ini ditarikan secara berpasang-pasangan di lapangan terbuka (pentas arena). Gerakannya terlahir secara spontanitas mengikuti iringan musik Dab (rebana besar ), gong dan musik vokal Mantau. Mantau ini adalah nyanyian klasik Kerinci yang mengisahkan kehidupan masyarakat desa, percintaan, adat istiadat, dan lain-lain. Kostum yang dikenakan Baju Bludru Hitam atau coklat dengan hiasan kepala kuluk kacipung.
Pemakaian kostum dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada saat acara yang sedang berlansung, dan pada saat acara acara yang berhubungan dengan acara adat lazimnya menggunakan kostum adat atau bagi perempuan dapat menggunakan baju kurung,bagi pria dapat menggunakan kostum pencak silat, semuanya tergantung pada situasi yang tengah terjadi, dan secara umum para penari dapat menggunakan kostum sehari hari dan tidak terikat, akan tetapi semestinya di sesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Pada acara kenduri adat atau pada saat kedatangan tamu kehormatan,lazimnya para penari menggunakan kostum khusus yakni memakai baju beludru hitam atau coklat dengan hiasan kepala Kuluk, tisu (agar mudah di pasang), kecipung (biasa dipakai istri raja), peribut (untuk dayang-dayang raja). Selain itu juga menggunakan selendang merah yang bermakna keberanian,rok penari wanita dinamakan tanjung beremas.
Makna dari kostum tersebut : berjiwa luhur, berlapang dada.
Tari tauh ini terdiri dari beberapa macam, diantaranya adalah:
1) tari tauh anak-anak atau muda-mudi, tari tauh ini ditarikan secara bersama dan sering berpasangan baik sesama laki-laki, perempuan atau campuran dengan format dan pola tertentu yang melambangkan suatu kegiatan atau formasi huruf dan kata tertentu.
2) tari tauh selamat datang dan persembahan, biasa dilakukan untuk acara penyambutan tamu-tamu terhomat yang hadir dalam acara tertentu, atau sebelum acara tertentu dimulai, bisa dimasukkan koreografer kontemporer (gerak tari kekinian).
3) tari tauh gembira atau tari pergaulan, tari tauh yang dilakukan pada acara-acara tertentu yang ditarikan oleh anak remaja secara berpasangan atau bersama-sama yang tujuannya adalah bersenang-senang, mengisahkan kehidupan masyarakat desa dan kehidupan muda-mudi.
4) tari tauh depati, ini adalah tari tauh yang dilakukan pada acara resmi oleh para depati sebelum acara kenduri sko. Tauh depati ini hanya diperuntukkan bag orang laki-laki yang bergelar. Masing-masing depati sedianya mempunyai gerak tari tertentu dari waris depati yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
5) dan tari tauh orang kebanyakan, tari tauh ini tidak disarankan mempunyai formasi dan gerak seragam tertentu, tarian ini bercampur antara laki-laki dan wanita, boleh memilih berpasangan sesama atau berlainan jenis kelamin.
Tarian dilakukan sambil berdiri dan diiringi dengan musik dua buah dab (rebana besar) yang pukulannya saling bertingkah, diiringi oleh selaan bunyi gong dan nyanyian klasik yang disebut ‘mantau’.
Tarian ini merupakan tarian khas daerah Lekuk 50 Tumbi- Lempur Kecamatan Gunung Raya dan daerah Pamuncak nan Tiga Kaum,biasanya dilaksanakan pada saat ada perayaan perayaan Kenduri Sko dan penyambutan tamu.
MAKNA TARI TAUH.
Tari Tauh berasal dari kata Tauh dalam tarian ini bermakna “ta” berarti tarap dan “uh” berarti jauh. Jadi, tauh adalah singkatan dari tarap jauh.
Tarap artinya memanggil, mengajak atau meminta seseorang untuk ikut bersamanya. Apabila dalam suatu keramaian di sebuah acara di desa, maka tauh itu berarti mengajak seseorang untuk ikut bernari.
Menari disini bukanlah menari secara berdekatan, tapi menari dengan jarak kira-kira 3 atau 4 langkah secara berpasangan. Mulai saat itulah tauh berarti menarap dari jauh dan mengajak menari secara berjauhan. Pengertian yang lebih luas lagi tauh adalah mengajak orang lain untuk menari bersama-sama dengan menggunakan jarak, sehingga diantara penari itu tidak saling bersentuhan.
Jadi, arti tauh di desa itu adalah menari bersama-sama atau berpasangan. mari bertauh maksudnya mari menari. Tari tauh aslinya adalah tarian tradisional yang berasal dari daerah Pamuncak nan Tiga Kaum, namun karena perkembangan zaman, dan berhentinya pelaksanaan kenduri sko di Pulau Sangkar (daerah Pamuncak Tuo) menyebabkan menghilangnya tari tauh di daerah ini. Sedangkan daerah Pamuncak Tengah (Serampas) dan Pamuncak Bungsu (Sungai Tenang), dan khususnya di daerah Lekuk 50 Tumbi Lempur tari tauh ini hidup dan berkembang dari masa ke masa, dan tidak pernah ditinggalkan dalam setiap acara Kenduri Sko (Kenduri Adat).
Tari tauh termasuk tari pergaulan, tidak saja dipertunjukkan oleh muda-mudi, tetapi juga yang tua-tua, misalnya dalam acara keramaian kenduri sko, maka yang menari adalah tua-muda, laki-laki perempuan, bahkan kaum manula juga ikut menari berpasangan membawakan tari tauh ini. Pasangannnya tidak terikat muda-mudi saja, tetapi boleh juga lelaki saja atau wanita saja.
Dalam tradisi tari Tauh sang Maestro menyenandungkan Mantau, lazimnya Mantau digunakan untuk penyambutan tamu kehormatan.Mantau merupakan pantun pantun/syair syair berima yang di lantunkan pada saat melakukan tarian tauh.
Tarian ini lazimnya di gelar pada saat acara kenduri adat/kenduri pusaka , atau di pertunjukkan pada saat adanya keramaian kunjungan pejabat dan dapat di pertunjukkan pada saat gotong royong beselang/dan atau menuai padi dan tari tradisional Tauh merupakan sarana hiburan masyarakat dan dapat dimanfaatkan sebagai wahana untuk menjalin kasih diantara dua hati yang berpadu.
Sebagai pengiring tari ini adalah berupa alat tabuhan dan vokal. Alat tabuhannya adalah dua buah rebana besar yang disebut dap dan sebuah gong. Yang menabuh dap adalah laki-laki, dan yang menabuh gong biasanya seorang perempuan.
Vokal disebut mantau, artinya memanggil dengan suara yang lengking dan lantang oleh seorag wanita atau juga saling bersahutan antara laki-laki dan perempuan. Vokal yang juga disebut seni suara atau nyanyi berisikan pantun-pantun. Ada pantun muda-mudi, pantun nasib dan lain-lain. Irama dari pada mantau tersebut adalah :
Pemuda :
Cubo-cubo klasik julai
Mak tantu padi dengan gento
Cubo-cuo usik dengan kami
Mak tantu budi dengan baso
Pemudi :
Apo di arap padi jerami
Padi idak gento idak ado
Kacang remang jauh sekali
Apo di arap pada kami
Budi idak basi idak ado
Padoman jauh sekali
TARI TAUH DEPATI
Tari tauh depati, adalah tari tauh yang unik dan berbeda antara satu dengan lainnya, namun gerak dasar dari tauh depati ini adalah gerakan silat yang dimiliki oleh masing-masing orang. Sehingga tauh depati itu seyogianya menampilkan ciri tarian masing-masing dan tidak perlu sama dengan orang lain.
Dalam pelaksanaan tarian tauh ini, dulunya menurut kepercayaan orang zaman dahulu dapat pula mengajak roh orang yang telah meninggal atau orang gunung untuk ikut secara bersama bergembira terutama dalam perayaan kenduri sko.
Dulunya memang sebelum acara tauh dimulai maka ada kewajiban untuk menghadirkan pawang-pawang yang mampu berkomunikasi dengan makluk-makluk gaib yang datang bertauh bersama-sama. Makanya dalam acara tersebut dibuatlah ‘sarana tempat membakar kemeyan’ untuk memanggil ruh-ruh gaib untuk ikut datang bertauh.
Namun sekarang prosesi yang demikian masih tetap dilaksanakan, namun hanya dianggap sebagai budaya saja, tidak untuk diyakini sepenuhnya.
Dalam pelaksanaan acara tari tauh ini, ada orang yang dalam istilah adat Lempur disebut “mambang”, yaitu orang yang mudah kerasukan walau hanya dengan mendengar bunyi dab, gung dan mantau, belum bertauh dia sudah kemasukan roh-roh yang datang ke tempat pelaksanaan tari tauh. Ada lagi sebagian yang ‘kemasukan’ setelah bertauh untuk sekian waktu tertentu. Sedangkan kebanyakan orang tidak terpengaruh oleh kondisi apapun sehingga sampai sudah acara tari tauh dia tetap tegar seperti semula. Orang-orang pintar (pawang) tersebut bertugas menyadarkan kembali orang-orang yang kemasukan tersebut.
Sehubungan dengan tari tauh depati, sebenarnya diturunkan dari satu generasi ke generasi lain baik diajarkan sewaktu generasi sebelumnya yang masih hidup atau sesudah meninggalnya. Misalnya tauh Depati Agung, gerakan tauh ini bisa dipelajari dengan siapa saja yang menyandang gelar Depati Agung sebelumnya atau dari orang yang paham dengan tauh tersebut. Demikian pula tauh depati-depati lain.
Cara mengenal tauh seorang depati adalah dengan cara mengundang orang yang menyandang gelar depati yang bersangkutan melalui perantara orang yang kemasukan roh depati yang bersangkutan. Di sinilah tugas pemandu tauh, agar dapat menirukan gerakan tauh yang diajarkan melalui perantara tersebut.
Setiap orang yang ‘kemasukan’ itu oleh pawang ditanyakan ‘siapa yang datang ini’ dan ‘berasal dari mana’. Biasanya melalui orang yang kemasukan tersebut dijelaskan siapa jati diri mereka yang datang.
Kemudian orang yang kemasukan tersebut dipandu oleh minimal dua orang untuk mengiringi orang tersebut bertauh. Setiap gerakan tauh diikuti dan akhirnya orang yang kemasukan dan pendampingnya dapat bertauh dengan gerakan yang sama. Kemudian kalau orang yang kemasukan itu sudah disadarkan maka pemandu yang dua orang itu sudah dapat menari tauh dengan gerakan-gerakan tertentu, dan kemudian orang yang sudah sadar dapat pula secara sadar melakukan tauh kembali sesuai dengan gerakan diajarkan sewaktu kemasukan tadi.
Sehubungan dengan hal itu, tari tauh depati dapat pula diperoleh dengan cara yang sama, sehingga Tauh Depati tertentu akan berbeda dengan tari tauh depati-depati lain. Jika gerakan tauh depati tertentu sudah didapati maka ‘sang maestro tauh’ dapat menurunkan kembali kepada siapa-siapa yang mewariskan gelar depati yang bersangkutan. Namun walau banyak gerak tari yang diperoleh dengan cara semacam itu, hanya tari tauh depati lah yang sebenarnya ‘wajib’ untuk ditekahui sehingga dapat dipelajari oleh siapa saja tanpa harus melalui ‘kemasukan’ seperti dijelaskan di atas.
Sehingga bila ada acara Tauh Depati, maka pada prosesi tersebut dapat dilihat bahwa masing-masing depati membawa gerakan tauhnya sendiri yang sifatnya unik satu dengan yang lainnya. Keunikan gerakan tauh ini akan menjadi kekuatan budaya yang bisa digolongkan kepada “endogenous knowledge’ atau kearifan local untuk wilayah kedepatian tertentu.
Bagaimana kalau seorang depati tidak mengenal jenis tauhnya? Dia bisa saja bertauh sesuai dengan gerak yang dimilikinya, namun ‘yakinlah’ dia tidak akan menjiwai pelaksanaan tari tauh tersebut. Sehingga kadang kala bagi yang tidak menghayati, pelaksanaan tari tauh akan menjadi beban moral bagi yang bersangkutan. Sebaliknya bagi yang menguasai tari tauh dan dapat mengiringi gerak rentaknya gong dan dab maka semakin terasa asik dan dapat dihayati dengan baik, dan selalu berusaha untuk memperbaiki gerakan tauhnya.
Prosesi Tauh Depati:
1. Semua perangkat alat musik (dab, gong dan orang yang mantau) harus siap dan kemudian dilaksanakan secara bersamaan.
2. Kemudian salah seorang nenek mamak akan memulai bertauh
3. Dalam sedang bertauh tersebut, nenek mamak akan mengangkat tangan tersusun jari nan sepuluh dan digerakkan naik turun sesuai irama musik dan diarahkan kepada orang tertentu, tentu yang awal adalah ketua lembaga adat. Artinya orang adat yang dituju diminta untuk turun ke gelanggang untuk bertauh.
4. Kemudian dilanjutkan kepada seluruh depati yang ada dengan cara yang sama
5. Selanjutnya ditujukan kepada tamu-tamu kehormatan, kepala desa dan orang-orang tertentu yang dianggap penting dalam acara prosesi adat, sedangkang orang kebanyakan tidak dibenarkan untuk ikut bertauh.
6. Setelah semua orang yang diminta untuk turun bertauh, kemudian nenek mamak tersebut akan bergerak ke pinggir bertauh ringan dan membiarkan para depati dan tamu kehormatan untuk terus bertauh sesuai yang lamanya sesuai kesanggupannya.
7. Kemudian satu persatu para depati akan mengakhiri tauhnya dengan cara mengangkat dan menyusun jari nan sepuluh dan dianggukkan ke empat penjuru ruangan, kemudian siap untuk berhenti,
8. Kalau semua depati dan tamu undangan sudah mengakhiri tauhnya, maka nenek mamak yang berada dipinggir gelanggan akan kembali ke tengah gelanggang dan menyempurnakan tauhnya.
9. Setelah itu nenek mamak mengakhiri tauhnya dengan cara yang sama yaitu menyusun jari yang sepuluh dan digerakkan naik turun ke empat penjuru ruangan, yang artinya bahwa dia siap untuk mengakhiri tauhnya, kemudian berhenti dan keluar gelanggang
10. Terakhir tim musik pemukul dab dan gong dan mantau mengakhiri kegiatan tari tauh depati.
Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.