Terjemah

Mabadiul Fiqhiyah Juz 3 – Ketentuan Makmum Muwafiq

 حُكْمُ المُوَافِقِ: (1) يَجِبُ عَلَيْهِ أنْ يُتِمَّ الفَاتِحَةَ وَلَوْ رَكَعَ إمَامُهُ تَخَلَّفَ لِقِرَاءَتِهَا. (2) إذَا تَخَلَّفَ لِقِرَاءَةِ الفَاتِحَةِ يَجُوْزُ لَهُ أنْ يَتَأخَّرَ عَنْ إمَامِهِ بِثَلَاثَةِ أرْكَانٍ بِعُذْرٍ مِنَ الأعْذَارِ الآتِيَةِ: أوَّلًا: إذَا كَانَ المَأمُوْمُ المُوَافِقُ بَطِئَ القِرَاءَةَ (لَا لِوَسْوَسَةٍ) وَالإمَامُ مُعْتَدٍ لَهَا. ثَانِياً: إذَا نَسِيَ الفَاتِحَةَ وَتَذَكَّرَهَا قَبْلَ رُكُوْعِهِ مَعَ إِمَامِهِ فَلَوْ تَذَكَّرَهَا بَعْدَ رُكُوْعِهِ لَا يَأتِي بِهَا بَلْ تَسْتَمِرُّ فِي مُتَابَعَةِ إمَامِهِ وَيَأتِي بِرَكْعَةٍ بَعْدَ السَّلَامٍ. ثَالِثاً: إذَا اشْتَغَلَ بِدُعَاءِ الافْتِتَاحِ أوِ التَّعَوُّذِ ظَانَّا أنَّهُ يُدْرِكُ الفَاتِحَةَ وَلَكِنْ لَمْ يُدْرِكْهَا. أمَّا لَوْ تَحَقَّقَ فَوَاتُهَا وَلَمْ يُدْرِكِ الإمَامَ فِي رُكُوْعِهِ فَاتَتْهُ الرَّكْعَةُ فَيَأتِي بِهَا بَعْدَ السَّلَامِ.

Hukum Makmum Muwafiq:

1. Makmum Muwafiq  itu diwajibkan melengkapi bacaan Fatihahnya apabila imamnya melakukan ruku’, maka wajiblah makmum itu surat ke belakang (tidak diperkenankan ruku’ untuk melengkapi bacaan Fatihahnya),

2. Jika makmum itu surat ke belakang untuk menyempurnakan bacaan Fatihahnya, maka dibolehkan mundur dari imam dengan tiga macam rukun sholat, apabila terdapat salah satu uzur dari berbagai uzur yang tercantum dibawah ini, yaitu: 

Pertama : Apabila makmum muwafiq itu memang lambat bacaannya bukan dikarenakan was-was sedangkan imamnya sedang-sedang saja bacaannya (menurut kebiasaan).

Kedua : Apabila makmum muwafiq itu lupa membaca Fatihah dan baru sadar kalau ia lupa sebelum melakukan ruku’ bersama imam, oleh karenanya, andaikan ia sadar bahwa ia kelupaan sesudah ruku’, maka ia tidak perlu lagi menyempurnakan bacaan Fatihahnya, bahkan ia wajib terus mengikuti imam dan makmum muwiq yang demikian wajib menunaikan satu rakaat sesudah salamnya imam (rakaatnya yang pertama tidak dapat dianggap),

Ketiga : Apabila makmum muwafiq itu sibuk dengan bacaan iftitah atau ta’awwudz karena menyangka bahwa dia dapat menyempurnakan bacaan Fatihahnya, tetapi kenyataannya ia tidak dapat. Atau kalau ia sudah yakin sebelumnya bahwa ia akan terlambat membaca Fatihah (tetapi masih terus saja dengan membaca do’a iftitah dan ta’awwudz), kemudian tidak dapat menyertai imam di waktu ruku’, maka makmum tersebut kehilangan satu rakaat. Oleh sebab itu wajib menggenapi satu rakaat lagi sesudah salamnya imam.

Comments

Paling Populer

To Top