Kyai Bonten dan Ki Jalono, sebuah cerita rakyat dari Jawa Timur yang mengisahkan asal mula kematian yang selalu bersamaan waktunya di desa Kudur. Konon, di dusun Kudur, jika ada kematian, maka pasti dua orang meninggal bersamaan waktunya. Menurut cerita, kejadian ini terkait dengan hubungan Kyai Bonten dan Ki Jalono. Berikut ini kisahnya:
Di dusun Kudur, Kyai Bonten adalah seorang kyai yang termashur karena kepandaiannya. Disamping itu, Kyai Bonten juga memiliki sawah yang luas. Ia dikaruniai seorang anak perempuan.
Adalah Jalono, seorang laki-laki dari Sedayu yang ingin menyantrik atau mengabdi kepada Kyai Bonten.
Ki Jalono memiliki seorang anak laki-laki.
Ia kemudian pergi ke rumah Kyai Bonten untuk memohon agar diizinkan untuk menyantrik kepadanya.
Kyai bonten menyetujui, kemudian memberi Ki Jalono tugas untuk mengolah sawah miliknya.
Ki Jalono memiliki seorang anak laki-laki.
Ia kemudian pergi ke rumah Kyai Bonten untuk memohon agar diizinkan untuk menyantrik kepadanya.
Kyai bonten menyetujui, kemudian memberi Ki Jalono tugas untuk mengolah sawah miliknya.
Ki Jalono tidak menyia-nyiakan kepercayaan yang diberikan oleh Kyai Bonten.
Ia bekerja keras setiap hari mengurus sawah milik Kyai, bahkan sampai jarang pulang.
Sawah yang dikerjakan Jalono, setiap kali dituai, maka seketika itu pula akan berbuah kembali.
Untuk memenuhi kebutuhannya selama bekerja, Ki Jalono membuat sebuah sumur besar.
Masyarakat menyebut sumur tersebut dengan nama sumur gedhe.
Ia bekerja keras setiap hari mengurus sawah milik Kyai, bahkan sampai jarang pulang.
Sawah yang dikerjakan Jalono, setiap kali dituai, maka seketika itu pula akan berbuah kembali.
Untuk memenuhi kebutuhannya selama bekerja, Ki Jalono membuat sebuah sumur besar.
Masyarakat menyebut sumur tersebut dengan nama sumur gedhe.
Hasil kerja Jalono membuat Kyai sangat senang.
Akhirnya ia menjadikan Ki Jalono sebagai besan dengan menikahkan anak perempuannya dengan anak laki-laki Jalono.
Akhirnya ia menjadikan Ki Jalono sebagai besan dengan menikahkan anak perempuannya dengan anak laki-laki Jalono.
Berbeda dengan ayahnya yang pekerja keras, menantu Kyai Bonten sangat malas.
Ia mengetahui kemampuan ayahnya dalam mengurus sawah Kyai, dimana sawahnya tiap kali dituai, maka akan langsung berbuah kembali.
Oleh karena itu, si menantu tiap hari kerjanya hanya menanak nasi dan berjaga.
Ia tidak pernah tidur.
Kyai Bonten sangat kesal dengan kelakuan menantunya itu.
Ia sudah sering memarahi menantunya agar mau bekerja.
Jika mendapat marah, si menantu biasanya dengan terpaksa akan pergi ke sawah.
Ia mengetahui kemampuan ayahnya dalam mengurus sawah Kyai, dimana sawahnya tiap kali dituai, maka akan langsung berbuah kembali.
Oleh karena itu, si menantu tiap hari kerjanya hanya menanak nasi dan berjaga.
Ia tidak pernah tidur.
Kyai Bonten sangat kesal dengan kelakuan menantunya itu.
Ia sudah sering memarahi menantunya agar mau bekerja.
Jika mendapat marah, si menantu biasanya dengan terpaksa akan pergi ke sawah.
Suatu hari Kyai Bonten Memarahi menantunya karena malas-malasan dan seperti biasanya si menantu akan segera pergi ke sawah.
Pada saat itulah Kyai Bonten berkesempatan menghancurkan kuali tempat menanak nasi menantunya.
Sepulang dari sawah, si menantu mendapati kuali tempat menanak nasi hancur.
Dengan mudahnya si menantu memulihkan kualinya yang pecah.
Kyai Bonten yang menyaksikan hal tersebut merasa keheranan dan akhirnya mengakui kesaktian menantunya itu.
Merasa di atas angin, si menantu kemudian meminta separuh dari harta kekayaan dan warisannya.
Kemudian, ia juga meminta jika ia telah meninggal, agar dimakamkan dicungkup berkembaran dan ditaburi bunga-bunga.
Kyai Bonten menuruti permintaan menantunya.
Pada saat itulah Kyai Bonten berkesempatan menghancurkan kuali tempat menanak nasi menantunya.
Sepulang dari sawah, si menantu mendapati kuali tempat menanak nasi hancur.
Dengan mudahnya si menantu memulihkan kualinya yang pecah.
Kyai Bonten yang menyaksikan hal tersebut merasa keheranan dan akhirnya mengakui kesaktian menantunya itu.
Merasa di atas angin, si menantu kemudian meminta separuh dari harta kekayaan dan warisannya.
Kemudian, ia juga meminta jika ia telah meninggal, agar dimakamkan dicungkup berkembaran dan ditaburi bunga-bunga.
Kyai Bonten menuruti permintaan menantunya.
Sejak saat itu, berdasarkan cerita rakyat Jawa Timur, di dusun Kudur, kalau ada kematian, pasti dua orang bersamaan waktunya.
Ki Jalono, sesudah meninggal, dikuburkan di dekat sumur gedhe.
Sekarang sumurgedhe menjadi tempat keramat (punden).
Referensi:
I.B. Mantra, Astrid S, Susanto, Budi Susanto, Singgih Wibisono, Cerita Rakyat Daerah Jawa Timur, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Ki Jalono, sesudah meninggal, dikuburkan di dekat sumur gedhe.
Sekarang sumurgedhe menjadi tempat keramat (punden).
Referensi:
I.B. Mantra, Astrid S, Susanto, Budi Susanto, Singgih Wibisono, Cerita Rakyat Daerah Jawa Timur, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Baca juga cerita rakyat Jawa Timur lainnya:
- Irapati dan Seekor Buaya
- Orang Desa Tanggungan Tidak Boleh Makan Ikan Tageh
- Cerita Cindelaras
- Burung Gelatik dan Burung Betet
Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.