Uncategorized

Keculasan Amerika..

 

Sore hari ini saya diatur meeting oleh Marina di kantor relasinya. ” Pak, gimana tawaran kerjasama kami kepada pihak China.” Tanya relasi Ina. Dia menyerahkan proposal lengkap dengan rencana pengembangan industri downstream CPO. Saya diam saja. Saya baca juga engga proposal itu. Dia sudah bahas ini lebih dari 1 tahun. Tetapi saya tidak pernah mau bahas secara serius. Walau dia tekan saya. Saya diam saja. Hari ini saya terpaksa bicara juga.


China saat sekarang melalui proxy nya sudah kuasai lahan lebih dari 100.000 hektar di Indonesia. Pemerintah engga komit dengan No Deforestation, No Peat, No Exploitation atau NDPE. Empat perusahaan yang salah satunya yang anda tawarkan kerjasama itu, menguasai supply chain di China. 7 dari 10 pemain besar sawit Indonesia terikat kontrak jangka panjang dengan mereka. Pemerintah tutup mata dengan pemain sawit yang kerjasama dengan China. Mereka tidak sepenuhnya patuh dengan NDPE. Terus apa saya harus juga begitu? Ogah saya. Kata saya. Relasi Ina bengong.


Anda tahu, sejak tahun 2019 China itu importir terbesar kedua minyak sawit. Tekhnologi oleokimia China sangat maju. Bahkan mereka sudah mampu menghasilkan pakan ternak berprotein tinggi dari expeller. Itu sudan menggeser jagung. Tahun ini mereka sudah beli CPO dan PKO diatas 10 % total produksi Indonesia. Ambisi mereka ingin menguasai spply chain global Industry untuk menjadi ekosistem dari hulu ke hilir. Makanya mereka sangat agresif tawarkan kerjasama dengan banyak pengusaha kebun sawit.


Saya ingat tahun 90an saat pengusaha malaysia dan singapore melalui proxy nya di Indoensia menguasai program PIR nya pak Harto untuk meningkatkan luas kebun Sawit. Dulu juga saya tolak. Ogah ikutan. Saya memang bukan orang baik, tetapi saya tidak akan menggadaikan negeri ini. Anda tahu, semua pengusaha apalagi udah international kelas, harus punya mindset memprioritaskan kepentingan nasional. Kalau engga, siapa yang akan jaga ratusan juta rakyat yang lemah dalam segala hal. Thing about it. “ Kata saya segera mengakhir meeting itu dan permisi keluar. Marina ikuti saya keluar ruangan.


***


Marina sahabat lama saya. Bisnisnya supply chain pharmasi yang berkantor di Singapore namun client maklonnya  nya di Indonesia adalah pabrik pharmasi. Kami memilih nongkrong  di café di Kawasan SCBD.


“ Keliatan sederhana. Hanya karena Trump menaikan Bea Masuk barang impor dari China, dengan tujuan memperkecil defisit neraca perdagangan dan sekaligus dari pendapatan pajak impor bisa memperkecil defisit anggaran dan memperlebar ruang fiscal. “ kata Marina. Saya senyum aja. Memang kalau ketemu Ina, kami lebih banyak diskusi hal yang positif. Kebetulan punya concern yang sama.


“ Dan lagi yang Trump pajaki adalah konsumen AS. Bukan konsumen China. Itu hak pemerintah AS sebagai negara berdaulat. Pertanyaan gua, kenapa sampai jadi trade war dan bikin heboh?. “  Tanya Ina.


“ Engga sesederhana itu persoalannya. Ini bukan sekedar tarif. Tetapi soal tatanan global yang digagas AS sebagai pemenang perang dunia kedua  dan memaksa semua negara mematuhinya. Dan setelah established. AS seenaknya break ! Dan ini bukan sekali ini saja“ kata saya. 


“ Bisa cerahkan gua” Pinta Ina .


“ Sebelum kekalahan German dan Jepang pada perang dunia kedua. AS menggagas pertemuan dengan 44 negara sekutunya. Pertemuan diadakan di Hotel Mount Washington , di Bretton Woods, New Hampshire. Pertemuan itu bertujuan membentuk sistem perdagangan baru dan sistem moneter baru.  Dari hasil pertemuan itu juga dibentuk IMF sebagai the last lending resource atau bank central dunia dan International Bank for Reconstruction and Development atau Bank Dunia.


Pada akhir Perang Dunia Kedua itu , secara harfiah tidak ada ekonomi global yang berfungsi kecuali AS.  Wajar kalau dunia bersandar kepada mata uang USD. Itupun diikat dalam Perjanjian Bretton Woods. Dalam akad itu  dolar akan dipatok dengan emas pada harga $35 per ons.  Bank-bank sentral lainnya dapat menukar dolar yang mereka pegang dengan emas. Dalam hal itu, dolar sama bagusnya dengan emas. Setiap mata uang lainnya memiliki nilai tukar tetap terhadap dolar.


Mereka menetapkan standar dolar-emas untuk menciptakan kepastian dan stabilitas bagi perdagangan global. Selama 25 tahun berikutnya, standar ini menjadi sukses besar. Dolar menjadi mata uang global. Semua orang senang memegangnya, sebagian besar karena mereka dapat menukarnya dengan emas jika mereka ragu tentang nilainya. Standar ini merupakan bagian dari pemulihan fenomenal dari perang di Eropa dan Jepang. Standar ini juga menciptakan kemakmuran ekonomi yang luar biasa di AS, sepanjang tahun 50-an dan 60-an.


Ketika pemerintahan Nixon mulai menjabat pada tahun 1969, mereka menyadari bahwa ekonomi dunia telah tumbuh sangat besar. Semua orang menginginkan dolar, jadi Federal Reserve mencetak banyak dolar. Akibatnya, jumlah dolar yang beredar empat kali lebih banyak daripada jumlah emas dalam cadangan. 


Nilai tukar $35 untuk satu ons emas cukup baik pada tahun 1944, tetapi tidak berubah, sehingga pada tahun 1971 dolar benar-benar dinilai terlalu tinggi. Itu berarti impor sangat murah, dan ekspor sangat mahal. Nah AS mengalami defisit perdagangan pertama sejak abad ke-19. AS mengalami masalah ketenagakerjaan. Untuk pertama kalinya, AS mulai berbicara tentang kehilangan daya saing. “ kata saya.


“Duh sama dengan sekarang, ya”  Timpal Ina.


“ Jangan dipotong saya bicara. Saya bukan dosen. Engga punya cukup memori menyimpan pengetahuan. “ Kata saya.


“ Ya ya” Ina  tersenyum. “ Lanjut…”


“ Apa artinya?, Amerika Serikat tidak dapat menegakkan semua tanggung jawab yang diwarisinya setelah Perang Dunia Kedua. Selama beberapa dekade, AS begitu dominan sehingga AS dapat membantu semua negara. AS mengangkat ekonomi dunia dan tidak khawatir tentang ekonomi domesti karena ekonominya kuat. Tahun 1971 adalah tahun ketika AS mulai memahami bahwa mentalitas Marshall Plan telah berakhir.


Di atas semua itu, terjadilah inflasi. Jika inflasi terus berlanjut, nilai dolar akan turun dari sebelumnya. Pemerintahan Nixon khawatir negara lain akan rush emas dan AS pasti tidak bisa delivery. Itu akan menjadi skandal besar dan default atas Breton Wood. Pasti Emas  akan di rush oleh market. “ Kata saya.


“ Terus..” 


“ Apa yang sebenarnya diinginkan AS adalah suatu cara untuk mendevaluasi dolar, tetapi karena mata uang tersebut dipatok pada emas, pemerintahannya tidak dapat melakukannya. Presiden AS kala  itu Nixon. Dia mencari solusi dengan mengundang tekhnorat financial dan ekonomi dalam  pertemuan di Camp David. Saat itu juga hadir wakil  konglomerat financial. Pertemuan itu dirahasiakan.  Hasilnya pada 15 Agustus 1971 melepaskan USD dari emas dan memodernisasi sistem moneter global dengan system uang fiat.


“ Duh itu kan masalah substansial sekali. Itu sama saja AS menipu banyak negara. Mengapa waktu itu tidak ada yang proter ? Tanya Ina.


“ 90% kekayaan global dikuasai oleh 1 % konglomerat financial. Kalau 1% setuju tentu tidak ada masalah. “ Kata saya.


“ Bisa sebutkan nama  konglomerat financial yang hadir dalam pertemuan Camp David itu ?


“ Yang datang hanya Peter Peterson. Dia mewakili 13 orang konglomerat financial. Dia pernah menjadi CEO Bell & Howell dan akhirnya mendirikan Blackstone Group. Selanjutnya dia jadi commitment holder the fed. Dia menyampaikan pesan dengan sangat jelas. Bahwa daya saing Amerika lebih dari sekadar nilai tukar dan negosiasi perdagangan. Dia yakin bahwa yang benar-benar dibutuhkan AS adalah lebih banyak investasi dalam tenaga kerja dan teknologi tinggi. 


Pesan itu diamini oleh para peserta dalam pertemuan itu. Dan sejak itu AS mulai membangun basis ekonomi yang bertransformasi kepada daya saing competitive advance. Tentu moneter tetap jadi kekuatan geopolitik AS. Bahkan lebih besar hegemoninya setelah itu” Kata saya.


“ Artinya, perubahan dari gold standar ke fiat itu karena konspirasi antara pemerintah AS dan konglomerat financial ? Kok dunia diam aja? Tanya Ina.


“ Saat itu perang dingin sedang melanda. Semua negara terbelah dua blok Barat dan Timur. Apalagi sebelumnya AS menunjukan taringnya dalam perang Korea dan terakhir perang Vietnam. Mana ada negara blok Barat yang berani protes.  Apalagi setelah itu, Nixon berkunjung ke China. Padahal sekian puluh tahun tidak ada hubungan diplomatic dengan China. Sepertinya AS butuh aliansi baru selain Jepang dan Eropa. Jadi jepang dan Eropa tidak lagi jadi anak emas AS.” Kata saya.


“Artinya perang demi perang itu, jangan jangan ulah konglomerat financial yang drive AS agar bisa excuse dan rebalancing ekonomi global” Kata Ina  dengan paranoid.


Saya senyum aja.


“ Mengapa Trump itu tidak menyelesaikan masa imbalance economi dan imbalance trade lewat berunding dengan negara mitranya. Langsung membuat keputusan sepihak. Mengapa ?


“ Dulu ketika Nixon membuat keputusan mengubah USD dari gold standar ke fiat, itu juga keputusan sepihak. Walau akhirnya setelah pengumuman itu ada gejolak global, namun itu justru dimanfaatkan Nixon  untuk dapatkan persetujuan dari semua negara. No another alternatif to objection. Jadi Trump hanya copy paste dari presiden sebelumnya, yang bersandar kepada kedigdayaan AS, ya American great. “ Kata saya.


“ Kira kira kapakah akan sama hasilnya keputusan Trump seperti era Nixon? Membuat American tetap great” tanya Ina .


  Masalah internasional dan domestik kini sudah terintegrasi sejak adanya WTO dan Globalisasi. Keputusan domestic akan berdampak otomatis kepada international. Ketentuan Tarif resiprokal sebagai cara mengurangi defisit perdagangan AS, itu sangat  berbahaya. Karena ini akan jadi preseden bagi negara lain untuk memainkan cara seperti ini. “  kata saya.


“ Contohnya ?


  Indonesia menaikan tarif impor migas dari Singapore. Kan bisa bubar Singapore. Atau Malaysia stop alirkan air dan listrik ke Singapore. Kan bisa kacau. Atau China yang menguasai 20% supply chain global, membatasi supply chain nya lewat non trarif barrier. Harga ekspor supply chain China jadi mahal. Akan banyak pabrik di dunia ini yang beroperasi tidak efisien. Walau ada proteksi atas produk domestic.  Tetap aja akan sulit bersaing dengan produk jadi China sendiri.


  Akibatnya defisit anggaran negara mitra dagang China akan menganga. Utang negara akan terus bertambah. PHK akan meluas. “ Kata Ina menyimpulkan. Dia terdiam. “ Oh paham gua. Artinya ada banyak kesamaan antara apa yang terjadi sekarang dan apa yang terjadi pada tahun 1971. Ada inflasi dan defisit perdagangan yang besar. Ada tantangan terhadap Tiongkok karena skala ekonominya. “ Sambung Ina.


“ Ya, terutama dari mata uang digital Yuan. Itu ancaman serius terhadap USD. Karena akan banyak negara menggunakan mata uang digital Yuan. AS tidak bisa lagi seenaknya merasa punya hegomoni dengan USD sementara produktifitas rendah dan akumulasi asset real juga rendah. Itu sama saja dengan mata uang crypto. Hanya bernilai dan berharga pada komunita terbatas, just money but nothing “ Kata saya.


“Paham gua, Ale. Ternyata pengetahuan sejarah lue dalam konteks ekonomi dan perdagangan sangat memudahkan lue memahami fenomena ekonom Global. Lue tahu apa yang salah dan apa subtansi dari masalah itu semua. Ternyata benar kata Agama. Bahwa perdagangan tanpa phisik itu dosa. Valuasi yang tidak sesuai dengan nilai intrinsic juga dosa. Semua agama samawi punya prinsip larangan sama. Karena agama mendidik manusia agar tidak terjebak rakus, yang bisa menjadi sumber ketidak adilan.

Paling Populer

To Top