Kisah Inspiratif

Karena Cinta Berdasar Pada Pemberi Cinta



يَٰٓأَيُّهَاٱلنَّاسُ
إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ
لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ
عَلِيمٌ خَبِيرٞ ١٣
“Hai manusia, sesungguhnya
Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal.”

[QS. Al-Hujurat: 13]
Allah menciptakan kita dalam bentuk yang
berpasangan. Menciptakan kita dalam bangsa dan suku yang berbeda-beda dengan
tujuan saling kenal-mengenal. Supaya tidak ada sekat dan tidak faktor untuk
saling merendahkan karena dari bangsa atau suku yang di akui. Namun, dalam
Islam kita semua sama. Sama di hadapan-Nya dan yang membedakan adalah ketaqwaan
kita.
Saling kenal mengenal dan akan menjalin sebuah
ukhuwah Islamiyah. Menjalin sebuah ikatan persaudaran atas dasar cinta
pada-Nya. Atas dasar mencari keridhoan-Nya.  Tidak ada hubungan darah, keluarga atau ras
dan suku namun bisa saling memahami, saling melengkapi, saling menasehati dan
saling merindukan akan pertemuan yang berkah.
Aku mengalaminya. Aku berada pada kondisi itu.
Begitu banyak saudara yang Allah kirimkan untukku namun tak pernah ada hubungan
darah sama sekali. Keluarga? Organisasi? Tidak sama sekali. Namun karena jauh
dari itu semua karena atas dasar cinta karena Allah.
Ini adalah kisah pertemuanku dengan
orang-orang hebat. Orang-orang yang membuatku semakin cinta pada Rabb-ku.
Pertemuan tentang bagaimana Allah mendesain kehidupanku menuju arah yang lebih
baik.
Suharjo misalnya. Seorang pemuda yang berasal
dari Bau-Bau. Kami melahirkan sebuah ikatan persaudaran dengan dasar sama-sama
sevisi untuk melihat bagaimana dakwah terus berlanjut. Perkenalan yang sangat
singkay namun, sampai sekarang ikatan itu semakin kuat. Sebuah ikatan yang
berawal dari buku. Saat itu, aku melihat tetangga membaca sebuah buku yang best
seller saat itu; Ketika Cinta Bertasbih karya kang Abik. Habiburrahman. Rasa
penasaranku untuk mencari tahu dari mana dan siapa yang punya sehingga
mengantarkanku pada ikatan penuh berkah, Insya Allah.
“Yang punya buku, Ketika Cinta Bertasbih itu
kita (pemakaian kata ‘kita’ adalah kata yang sopan yang sering digunakan suku
bugis yang memiliki makna yang sama dengan kata ‘kamu atau kau’)?” tanyaku.
“Oh, iya. Dengan siapa?”
“Aku Ramli. Kita?” tanyaku kembali
“Aku Suharjo. Panggil saja Ajo.”
“Masih ada bukunya? Bisa pinjam?” pintaku. Ia
kemudian menuju kamar dan mengambil semua buku. Perempuan Berkalung Sorban
karya Abidah El-Syakih.
Dari situlah mula pertemuan kami. Dan kami
melahirkan ikatan ukhuwah. Ada banyak kisah yang telah kami torehkan. Ada
banyak untaian nasehat yang aku terima. Ada banyak kisah yang ia paparkan.
Berjuta ibrah yang tersebar. Dan ikatan itu terjalin dari tahun 2009 kemarin
dan sampai sekarang tetap seperti dulu. Bahkan semakin kuat. Kami saling
mencintai karena Allah. Kami saling merindukan karena Allah. Pertemuan dan
perpisahan kami karena-Nya.  Yah,
perpisahan itu akhirnya datang sebab aku meneruskan pendidikan di tempat yang berbeda
dengan dirinya. Ia memilih STIBA Makassar.
Lain pula dengan akhi Iksan Malik. Pertemuan
yang terjadi dari sebuah media sosial. Pertemuan yang tidak secara badaniah
namun mampu melahirkan kecintaan yang mendalam. Dengan dasar yang sama pula.
Karena cinta pada-Nya. Kami saling menasehati. Saling menguatkan dan saling
menopang satu sama lain untuk selalu hijrah. Hijraj menuju  arah yang lebih baik. Dan sampai sekarang
kami belum sempat dipertemukan oleh Allah Ta’ala.
“Insya Allah, akhi. Ada saatnya nanti Allah
akan mempertemukan kita di waktu dan tempat yang baik menurut Allah. Uhibbuka
fillah, ya akhi.” Itu selalu akhir kalimatnya dan kalimatku. Kalimat kami untuk
saling mengobati rasa rindu.
Begitu banyak, saudara kita yang bukan dari
keluarga. Namun, karena satu dasar. Dasar cinta karena-Nya. Begitu pula dengan
akhi Deris Arista di Kalimantan Timur Balikpapan. Kami melahirkan ikatan dasar
cinta karena-Nya meskipun tak pernah bertemu sampai hari ini. Lalu bagaimana?
Karena membangun rasa cinta. Kami membangun rasa percaya terhadap sesama. Dan
semua itu kami sandarkan hati-hati kami pada Sang Pemilik hati. Kami membangun
silaturahmi meskipun hanya melalui media sosial. Kami memperbaiki hubungan
meskipu raga tak mampu bertemu.
يَٰٓأَيُّهَاٱلنَّاسُٱتَّقُواْ
رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا
وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالٗا كَثِيرٗا وَنِسَآءٗۚ وَٱتَّقُواْٱللَّهَٱلَّذِي
تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيبٗا ١
“Hai sekalian manusia,
bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan
dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah
kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama
lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu
menjaga dan mengawasi kamu.”

[QS. An-Nisa: 1]
Uhibbuka fillah ya Akhi. Begitu banyak dan
sangat banyak.
“Kamu kok, bisa akrab dengan dia? Kenal di
mana?”
“Dapat hadiah dari mana? Kok bisa?”
“Siapa? Saudara? Kok bisa sedekat itu?
Deretan demi deratan pertanyaan seperti itu
kerap kali membanjiriku. Tapi itu bukanlah lagi hal asing sebab semua sudah
jelas. Atas dasar
lillahi Ta’ala. Tidak ada tendensi lain. Seperti halnya dengan rasa cintaku dengan
ikhwah Ikatan Pemuda Kahfi Tarakan. Dan semua ikhwah yang telah memberiku
inspirasi dan teladan untuk menuju kebaikan.
Apabila seseorang
mencintai saudaranya, hendaklah dia mengatakan cinta kepadanya.”
[HR. Abu Dawud dan Tirmidzi]
Seorang laki-laki
mengunjungi saudaranya (seiman) di kota lain. Lalu Allah mengirim satu Malaikat
untuk mengikuti perjalanannya. Takkala bertemu dengannya, Malaikat itu
bertanya; “Ke manakah engkau hendak pergi?” ia menjawab, “Aku hendak
mengunjungi saudaraku di kota ini.” Malaikat itu kembali bertanya, “Adakah
suatu keuntungan yang engkau harapkan darinya?” ia menjawab, “Tidak ada, hanya
saja aku mencintainya karena Allah. Maka Malaikat itu berkata, “Sesungguhnya
aku adalah utusan Allah kepadamu untuk menyampaikan bahwa Allah mencintaimu
sebagaimana engkau mencintainya karena Allah.
[HR. Muslim]
Dan sudah seharusnya kita untuk saling
mencintai karena-Nya. Dengan begitu hidup ini selalu diarahkan. Diluruskan jika
ada kesalahan. Sisi lain dari sekian banyaknya ibrah atas cinta karena-Nya,
ialah selalu saling nasehat menasehati. Sehingga kita tidak berada dalam
kerugian.
إِلَّا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ
وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ ٣
“kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”
[QS. Al-‘Asr: 3]
Uhibbuka
fillah ya Akhi. Semoga Allah selalu menjaga keikhlasan hati kita untuk saling
mencintai karena-Nya. []

Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top