Berita

Gaseng Jantong: Detak Jantung Budaya Permainan Tradisional Pangkalpinang

Gaseng Jantong: Detak Jantung Budaya Permainan Tradisional Pangkalpinang

#Aopok – Di tengah deru #modernisasi, Kota #Pangkalpinang masih menyimpan permata budaya yang tak ternilai: #GasengJantong atau #Gasing Jantung. Lebih dari sekadar mainan, gasing ini adalah simbol #KearifanLokal, ketekunan, dan filosofi hidup masyarakat #Melayu Pangkalpinang. Keberadaannya bahkan jauh melampaui masa penjajahan Belanda, menunjukkan akar budaya yang kuat dan mendalam.

Baca Juga : Menelusuri Asal-usul Provinsi dan Kabupaten di Bangka Belitung


Gaseng Jantong: Asal Nama dan Filosofi Kehidupan

Menurut Datuk Agus MD, seorang maestro gasing, Gaseng Jantong telah eksis jauh sebelum tahun 1930-an ketika gasing mulai populer di Pangkalpinang. Nama “Gaseng” sendiri berasal dari dua suku kata Melayu: “Ga’” dari kata “tegak” (berdiri) dan “Seng” dari kata “bedeuseng” (berbunyi/bersuara). Jadi, secara harfiah, gaseng adalah benda yang dimainkan dengan cara berdiri memutar dan mengeluarkan bunyi.

Jika Gaseng Jantong dibuat dengan kualitas terbaik, putarannya yang kuat akan menghasilkan bunyi “bedeuseng” (berdesing) yang khas, menjadi penanda kualitas dan kekuatan gasing tersebut.

Penyebutan “Jantong” atau “Jantung” pada gasing ini oleh masyarakat Melayu Pangkalpinang bukanlah tanpa alasan. Bentuknya yang memang menyerupai jantung manusia ini menyimpan filosofi mendalam. Dalam permainan, jantung melambangkan nyawa. Ketika Gaseng dipangkah (dihantam), jika ia masih mampu tegak dan berputar, artinya gasing itu masih hidup. Namun, jika gasing berhenti berputar dan tumbang, maka ia dinyatakan mati. Filosofi ini mengajarkan tentang perjuangan, daya tahan, dan siklus hidup dalam setiap putaran.


Proses Pembuatan Gaseng Jantong: Warisan Keterampilan Nenek Moyang

Pembuatan Gaseng Jantong bukanlah sekadar hobi, melainkan kebiasaan turun-temurun yang dilakukan oleh masyarakat Melayu Pangkalpinang sejak zaman dahulu. Proses ini seringkali dilakukan di waktu senggang, seperti saat mempersiapkan ladang, menjaga kebun, atau bahkan setelah panen. Ini menunjukkan bagaimana permainan gasing terintegrasi dengan siklus kehidupan agraris mereka.

Pemilihan Bahan Baku

Kualitas sebuah Gaseng Jantong sangat bergantung pada pemilihan kayunya. Para pembuat gasing pergi ke hutan untuk mencari kayu pilihan yang dinilai kuat dan tahan lama, seperti:

  • Menggeris
  • Pelawan
  • Kayu Besi
  • Lebanon
  • Mentigi
  • Dan jenis kayu keras lainnya.

Bagian yang diambil bukanlah sembarang bagian, melainkan hanya trasnya saja, yaitu bagian terkuat dari kayu yang letaknya mendekati akar. Ini menunjukkan pemahaman mendalam mereka terhadap karakteristik kayu.

Baca Juga : Bea Cukai Bentuk Satgas Nasional untuk Perangi Barang Ilegal

Peralatan dan Tahapan Produksi Tradisional

Proses pembuatan Gaseng Jantong dulunya hanya mengandalkan peralatan tradisional sederhana:

  • Parang
  • Pisau raut
  • Tatah
  • Gergaji
  • Tribik (pecahan beling) untuk menghaluskan.

Kayu yang telah dipilih kemudian diukir dan dibentuk secara bertahap hingga menjadi bagian-bagian gasing yang lengkap: kepala, leher, bahu, badan, hingga kaki gasing. Untuk gasing modern, bagian kaki ini kini sering dipasangi paksi berbahan besi untuk daya tahan putar yang lebih baik.

Tali gasing tradisional dibuat dari kulit pohon seperti “berek/terep/menameng” (pohon waru), dengan panjang seukuran depa’ (rentang tangan) pembuatnya.

Pembuatan satu atau dua buah gasing bisa memakan waktu minimal satu hari. Setelah terbentuk, gasing dihaluskan, dan yang paling krusial adalah proses balancing atau penyeimbangan. Gasing diuji putar di atas papan. Jika belum seimbang atau putarannya tidak stabil, gasing akan terus dirapikan hingga mencapai keseimbangan dan ketahanan putar yang optimal. Dari sebatang kayu sepanjang 50 cm, bisa dihasilkan tiga jenis gasing: Gasing untuk Uri (memutar), Gasing untuk Pemangkak (menghantam), dan Gasing untuk Penahan.

Gaseng Jantong sangat disukai karena mudah dimainkan, baik untuk memusingkan (memutar) maupun memangkah (menghantam), cocok untuk pemain pemula maupun senior. Ciri khas fisiknya adalah bentuk tubuhnya yang agak tinggi, kepala gasing tinggi dan bulat, serta bagian bawah yang meruncing untuk tumpuan putaran.


Pelestarian dan Inovasi: Masa Depan Gaseng Jantong

Gaseng Jantong menyimpan potensi besar yang perlu dilestarikan. Manfaatnya sangat beragam:

  • Simbol atau Maskot Daerah: Menjadi identitas kebanggaan bagi Pangkalpinang.
  • Penciptaan Lapangan Kerja: Menggali potensi pengrajin gasing tradisional dan modern.
  • Sarana Hiburan Masyarakat: Terus menjadi bagian dari kegiatan rekreasi dan budaya.
  • Penambah Pendapatan Asli Daerah: Menjadi aset wisata yang menarik minat pengunjung.

Sejak tahun 2005, Kota Pangkalpinang telah memiliki Persatuan Gasing Indonesia (PERGASI). Organisasi ini telah melakukan inovasi signifikan dalam pembuatan gasing, salah satunya dengan memperkenalkan metode pabrikan menggunakan mesin bubut. Inovasi ini memungkinkan produksi gasing dalam jumlah besar untuk memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat.

Lebih membanggakan lagi, Kota Pangkalpinang adalah tempat tinggal Maestro Gasing Indonesia, yaitu Datuk Agus MD atau yang lebih dikenal dengan Agus Gasing. Beliau tidak hanya seorang pembuat gasing ulung, tetapi juga sosok yang menciptakan peraturan permainan gasing di Indonesia, menunjukkan kontribusi besar beliau dalam melestarikan dan mengembangkan olahraga tradisional ini.

Gaseng Jantong adalah bukti nyata kekayaan budaya yang diwariskan nenek moyang. Dengan komitmen pelestarian dan sentuhan inovasi, gasing ini akan terus berputar, melambangkan semangat dan identitas Pangkalpinang.

Baca Juga : Tenun Cual: Permata Budaya dari Bangka Belitung

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular

To Top