Fiqih

Fiqh Sholat Berjamaah


Fiqh Sholat: Sholat Berjamaah

Keutamaan Sholat Berjamaah 

Sholat berjamaah memiliki keutamaan yang lebih besar dibandingkan sholat sendirian. Semakin banyak orang yang ikut sholat berjamaah, semakin besar keutamaan dan pahalanya.

وَإِنَّ صَلَاةَ الرَّجُلِ مَعَ الرَّجُلِ أَزْكَى مِنْ صَلَاتِهِ وَحْدَهُ وَصَلَاتُهُ مَعَ الرَّجُلَيْنِ أَزْكَى مِنْ صَلَاتِهِ مَعَ الرَّجُلِ وَمَا كَثُرَ فَهُوَ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى

Sesungguhnya sholat seorang laki-laki bersama laki-laki yang lain lebih suci dibandingkan sholatnya sendirian. Sholat seseorang bersama dua orang lebih suci dibandingkan sholatnya bersama seorang laki-laki. Semakin banyak (jamaah sholat) semakin dicintai Allah Ta’ala (H.R Abu Dawud, anNasaai, Ahmad, dishahihkan Ibnu Khuzaimah, dihasankan al-Albany)

Jika sholat berjamaah dilakukan di masjid yang dikumandangkan adzan, maka keutamaannya adalah 25 atau 27 derajat lebih baik dibandingkan sholat sendirian.

صَلَاةُ الرَّجُلِ فِي الْجَمَاعَةِ تُضَعَّفُ عَلَى صَلَاتِهِ فِي بَيْتِهِ وَفِي سُوقِهِ خَمْسًا وَعِشْرِينَ ضِعْفًا وَذَلِكَ أَنَّهُ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ لَا يُخْرِجُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلَّا رُفِعَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ فَإِذَا صَلَّى لَمْ تَزَلْ الْمَلَائِكَةُ تُصَلِّي عَلَيْهِ مَا دَامَ فِي مُصَلَّاهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ وَلَا يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاةٍ مَا انْتَظَرَ الصَّلَاةَ

Sholat seseorang berjamaah melebihi sholatnya di rumahnya atau di pasarnya 25 lipat. Yang demikian itu karena jika ia berwudhu kemudian menyempurnakan wudhunya kemudian keluar menuju masjid tidaklah yang mengeluarkannya kecuali sholat, tidaklah ia melangkahkan kaki kecuali akan mengangkat satu derajat dan menghapus satu dosa. Jika ia sholat, senantiasa Malaikat bersholawat untuknya selama ia berada di tempat sholatnya. Malaikat akan berdoa: Ya Allah bersholawatlah untuknya, Ya Allah rahmatilah ia. Seseorang senantiasa berada dalam keadaan sholat selama menunggu sholat (H.R al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

الْمُؤَذِّنُ يُغْفَرُ لَهُ مَدَى صَوْتِهِ وَيَشْهَدُ لَهُ كُلُّ رَطْبٍ وَيَابِسٍ وَشَاهِدُ الصَّلَاةِ يُكْتَبُ لَهُ خَمْسٌ وَعِشْرُونَ صَلَاةً وَيُكَفَّرُ عَنْهُ مَا بَيْنَهُمَا

Seorang muadzin (yang mengumandangkan adzan) akan diampuni sepanjang (jangkauan) suaranya dan setiap yang basah dan kering akan bersaksi untuknya, dan orang yang ikut sholat akan tercatat mendapatkan kelipatan 25 sholat (sendirian) dan akan diampuni di antara keduanya (sholat yang dilakukan dengan sholat sebelumnya)(H.R Abu Dawud, Ibnu Majah, dishahihkan Ibnu Hibban dan dinyatakan hasan shahih oleh al-Albany)

Keutamaan Sholat Berjamaah Tidak Ketinggalan Takbirotul Ihram Imam Selama 40 Hari Berturut-Turut

مَنْ صَلَّى لِلَّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا فِي جَمَاعَةٍ يُدْرِكُ التَّكْبِيرَةَ الْأُولَى كُتِبَتْ لَهُ بَرَاءَتَانِ بَرَاءَةٌ مِنْ النَّارِ وَبَرَاءَةٌ مِنَ النِّفَاق

Barangsiapa yang sholat untuk Allah 40 hari berjamaah, mengikuti takbir pertama (Imam) tercatat dua pembebasan: pembebasan dari anNaar dan pembebasan dari kemunafikan (H.R atTirmidzi dari Anas bin Malik, dihasankan al-Albany)

Keutamaan Sholat Isya dan Subuh Berjamaah

مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّه

Barangsiapa yang sholat Isya berjamaah, maka seakan-akan ia melakukan qiyaamul lail separuh malam, dan barangsiapa yang (juga kemudian) sholat Subuh berjamaah maka seakan-akan ia sholat malam seluruhnya (H.R Muslim dari Utsman bin Affan)

Orang Laki-laki yang Mendengar Adzan Tapi Tidak Menghadiri Sholat Berjamaah Tanpa Udzur Sholatnya Tidak Sempurna

مَنْ سَمِعَ النِّدَاءَ فَلَمْ يَأْتِهِ فَلَا صَلَاةَ لَهُ إِلَّا مِنْ عُذْرٍ

Barangsiapa yang mendengar adzan, kemudian tidak mendatanginya (untuk sholat berjamaah di masjid, pent) maka tidak ada sholat baginya kecuali jika ia memiliki udzur (H.R Ibnu Majah dari Ibnu Abbas, dishahihkan Ibnu Hibban, al-Hakim dan al-Albany)

Makna sabda Nabi: tidak ada sholat baginya adalah tidak ada sholat yang sempurna baginya, bukan berarti tidak sah sholatnya. Ia melewatkan kebaikan yang banyak dan pahala yang berlimpah. Sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad (transkrip ceramah syarh Sunan Abi Dawud(3/453))

(dikutip dari buku ‘Fiqh Bersuci dan Sholat Sesuai Tuntunan Nabi’, Abu Utsman Kharisman)

Urut-urutan Orang yang Berhak Menjadi Imam 

1. Penguasa muslim di suatu wilayah

2. Imam rowatib

3. Orang yang paling banyak hafalan Qurannya, dengan syarat bacaan al-Qurannya tepat dan mengerti hukum-hukum dalam sholat.

4. Orang yang lebih paham tentang sunnah

5. Orang yang lebih dulu hijrah

6. Orang yang lebih tua usianya

يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللَّهِ وَأَقْدَمُهُمْ قِرَاءَةً فَإِنْ كَانَتْ قِرَاءَتُهُمْ سَوَاءً فَلْيَؤُمَّهُمْ أَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً فَإِنْ كَانُوا فِي الْهِجْرَةِ سَوَاءً فَلْيَؤُمَّهُمْ أَكْبَرُهُمْ سِنًّا وَلَا تَؤُمَّنَّ الرَّجُلَ فِي أَهْلِهِ وَلَا فِي سُلْطَانِهِ…

Orang yang menjadi Imam (sholat) suatu kaum adalah lebih (banyak hafalan) al-Qurannya. Jika dalam hal bacaan sama, maka yang lebih dahulu hijrah. Jika dalam hal hijrah sama, maka yang lebih tua usianya. Dan tidak boleh seseorang mengimami orang lain dalam keluarga atau dalam kekuasaanya (H.R Muslim dari Abu Mas’ud)

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ لَمَّا قَدِمَ الْمُهَاجِرُونَ الْأَوَّلُونَ الْعُصْبَةَ مَوْضِعٌ بِقُبَاءٍ قَبْلَ مَقْدَمِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَؤُمُّهُمْ سَالِمٌ مَوْلَى أَبِي حُذَيْفَةَ وَكَانَ أَكْثَرَهُمْ قُرْآنًا

Dari Abdullah bin Umar –radhiyallahu anhuma- beliau berkata: ketika kaum Muhajirin yang pertama tiba di Quba’ sebelum kedatangan Rasulullah shollallahu alaihi wasalam, yang menjadi Imam mereka adalah Salim Maula Abu Hudzaifah yang paling banyak (hafalan) Qurannya (H.R al-Bukhari).

Tidak Mengapa Seseorang yang Kurang dalam Hal Keutamaan Menjadi Imam bagi Orang yang Lebih Utama

Nabi shollallahu alaihi wasallam pernah sholat bermakmum pada Abu Bakr saat beliau sakit.

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ أَبَا بَكْرٍ صَلَّى بِالنَّاسِ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الصَّفِّ

Dari Aisyah –radhiyallahu anha- bahwa Abu Bakr sholat (menjadi Imam) bagi manusia sedangkan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam berada di shaf (H.R Ahmad, anNasaai, dishahihkan Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan al-Albany)

Beliau juga pernah bermakmum pada Abdurrahman bin Auf satu rokaat pada waktu sholat Subuh

قَالَ الْمُغِيرَةُ فَأَقْبَلْتُ مَعَهُ حَتَّى نَجِدُ النَّاسَ قَدْ قَدَّمُوا عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ عَوْفٍ فَصَلَّى لَهُمْ فَأَدْرَكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِحْدَى الرَّكْعَتَيْنِ فَصَلَّى مَعَ النَّاسِ الرَّكْعَةَ الْآخِرَةَ فَلَمَّا سَلَّمَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُتِمُّ صَلَاتَهُ

Al-Mughiroh berkata: Maka aku datang bersama beliau (Rasulullah, sepulang dari perang Tabuk, pent), hingga kami mendapati manusia telah menjadikan Abdurrohman bin Auf sebagai imam, maka Rasulullah shollallahu alaihi wasallam mendapati salah satu rokaat, beliau sholat bersama manusia rokaat terakhir. Ketika Abdurrohman bin Auf mengucapkan salam, Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bangkit menyempurnakan sholatnya (H.R Muslim)

Wanita Tidak Boleh Menjadi Imam bagi Laki-laki

لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمْ امْرَأَةً

Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan kepemimpinannya pada seorang wanita (H.R al-Bukhari dari Abu Bakrah)

Jumhur Ulama berpendapat tidak sah sholat suatu kaum laki-laki yang diimami oleh wanita dengan beberapa alasan:

1. Hadits di atas tentang tidak beruntungnya suatu kaum yang menyerahkan kepemimpinannya pada wanita, terlebih dalam urusan Dien yang sangat penting yaitu sholat.

2. Tidak terdapat satu hadits shahihpun dari Nabi shollallahu alaihi wasallam tentang bolehnya seorang wanita menjadi Imam sholat bagi laki-laki. Demikian juga hal itu tidak pernah terjadi di masa Sahabat maupun tabiin.

3. Rasulullah shollallahu alaihi wasallamtelah menjadikan shaf wanita di belakang shaf para laki-laki:

خَيْرُ صُفُوفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَا وَشَرُّهَا آخِرُهَا وَخَيْرُ صُفُوفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا

Sebaik-baik shaf para lelaki adalah di depan dan seburuk-buruknya adalah di akhir, dan sebaik-baik shaf para wanita adalah di akhir sedangkan yang terburuk adalah di paling depan (H.R Muslim dari Abu Hurairah)

4. Wanita adalah aurat. Rasulullahshollallahu alaihi wasallam baru berpaling menghadap para Jamaah setelah selesai salam, menunggu jamaah wanita keluar dan berpindah tempat.

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَلَّمَ مَكَثَ قَلِيلًا وَكَانُوا يَرَوْنَ أَنَّ ذَلِكَ كَيْمَا يَنْفُذُ النِّسَاءُ قَبْلَ الرِّجَالِ

Dari Ummu Salamah beliau berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam jika salam (dari sholat) beliau diam sebentar dan para Sahabat hal itu beliau lakukan agar para wanita segera beranjak (dari tempat sholat) sebelum para laki-laki (H.R Abu Dawud dishahihkan al-Albany)

Maka bagaimana mungkin menjadikan wanita sebagai Imam yang selalu diperhatikan gerak-geriknya untuk diikuti?

(dikutip dari buku ‘Fiqh Bersuci dan Sholat’, Abu Utsman Kharisman)

WA al-I’tishom


Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top