Doc: Multimedia Earth Hour Malang 2024 |
Piool.com – Lahan gambut
menjadi salah satu lahan yang memiliki luasan yang cukup besar di Indonesia.
Lahan ini umumnya terdapat di luar Pulau Jawa, seperti Pulau Sumatera dan
Kalimantan. Karakteristik lahan gambut sendiri, yaitu memiliki kandungan bahan
organik yang tinggi. Lahan gambut yang keberadaannya terletak di hutan alami
umumnya dapat menambat gas rumah kaca khususnya gas karbondioksida sehingga
lahan ini menyimpan karbon yang besar. Penyimpanan karbon yang besar di lahan
gambut ini dapat menurunkan gas rumah kaca yang terdapat di lapisan atmosfer
meskipun prosesnya berlangsung dengan lambat sekali. Namun dengan adanya lahan
gambut ini setidaknya dapat mengurangi kandungan gas rumah kaca yang terdapat
di lapisan atmosfer.
Manfaat baik
dari keberadaan lahan gambut ini dapat membawa dampak negatif jika pengelolaan
lahan gambut tersebut tidak dikelola dengan baik. Lahan gambut umumnya mudah
terbakar ketika terjadi kekeringan. Lahan gambut yang terbakar ini akan membawa
dampak negatif berupa pelepasan gas rumah kaca, yaitu berupa karbon ke atmosfer
dalam jumlah yang besar. Pelepasan karbon dalam jumlah besar ini sangat bahaya
dampaknya bagi kesehatan bumi dimana makhluk hidup tinggal. Kandungan gas rumah
kaca yang besar yang dilepaskan di atmosfer dapat menyebabkan terjadinya
pemanasan global, seperti kenaikan suhu di permukaan bumi, perubahan iklim, dan
dampak buruk lainnya yang berdampak negatif pada bumi kita.
Selain dampak
yang telah disebutkan tersebut,
dampak lain
dari kebakaran lahan
gambut sendiri, yakni; dampak terhadap keanekaragaman hayati sebagai ancaman
potensial terhadap pembangunan berkelanjutan karena dampaknya langsung pada
ekosistem. Lahan yang sudah terbakar akan sulit untuk kembali seperti semula.
Sehingga mudah erosi, dan tidak lagi kuat menahan banjir.
Lantas bagaimana cara
menanggulangi kebakaran lahan gambut ini, adapaun 6 pendekatan yang dapat
dilakukan.
1. Pendekatan Hidrologis-Vegetasi Dalam pendekatan ini perlu
dilakukan pengelolaan lahan gambut berbasis Kesatuan Hidrolisis Gambut (KHG).
Juga, perlu ada restorasi hidrologis gambut terdegradasi yaitu dengan cara
pembasahan kembali gambut atau rewetting.
2. Pendekatan teknologi dengan cara pengolahan lahan gambut
tanpa bakar (bio decomposer) dan pengembangan energi (berbasis biomassa).
3. Pendekatan regulasi dan penegakan hukum, agar pemanfaatan
dan kandungan air dari lahan gambut tetap terjaga, sehingga lahan gambut itu
sendiri tidak rusak meski diperdayagunakan oleh manusia.
4. Pendekatan ekonomi, dalam hal ini ada tiga dasar. Pendekatan
ekonomi berbasis lahan (land-based), melalui paludikultur dan pertanian minim
drainase. Yang kedua pendekatan ekonomi berbasis air (water-based) seperti
akuakultur atau silver fishery dan lainnya. Lalu untuk yang ketiga pendekatan
ekonomi berbasis jasa lingkungan (enviroment service-based) seperti ekowisata
dan pemanfaatan karbon dan lainnya.
5. Pendekatan sosial guna meningkatkan edukasi dan sosialisasi,
serta kesadaran betapa pentingnya menjaga alam alami lahan gambut tersebut.
6. Pendekatan institusi, akan ada berbagai pihak terkait yang berkewenangan atas
kebijakan bahkan tindakan langsung di lapangan perlu saling berkoordinasi
dengan tepat.
Yuk jaga kelestarian
hayati kita agar tetap asri namun tetap dapat dimanfaatkan.
Sumber:
https://balittanah.litbang.pertanian.go.id
Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.