Sumber: kompas.com |
Piool.com – Indonesia kaya dengan
potensi energi terbarukan, antara lain energi matahari, energi angin, biomassa,
energi laut, panas bumi, yang belum dieksploitasi secara optimal. Potensi
energi terbarukan untuk dikonversi menjadi listrik mencapai 422 – 500 GW, atau
7-8 kali dari total kapasitas pembangkit terpasang saat ini. Dari potensi ini baru
sekitar 2% yang dimanfaatkan secara komersial. Energi matahari memiliki potensi
lebih dari 200-280 GW dengan efisiensi teknologi photovoltaic saat ini tetapi
pemanfaatannya kurang dari 100 MW. Dibandingkan dengan negara-negara tetangga,
pemanfaatan energi matahari Indonesia sangat jauh tertinggal. Laporan ini
merupakan laporan tahunan yang dikeluarkan IESR yang dimaksudkan sebagai sumber
informasi bagi publik sekaligus alat pemantauan perkembangan energi bersih di
Indonesia. Dengan laporan ini, diharapkan publik memiliki sumber informasi yang
kredibel dan dapat terlibat aktif mendorong reformasi kebijakan, pengembangan
instrumen pendukung, dan penguatan kelembagaan untuk meningkatkan pembangunan
energi bersih di Indonesia.
potensi energi terbarukan, antara lain energi matahari, energi angin, biomassa,
energi laut, panas bumi, yang belum dieksploitasi secara optimal. Potensi
energi terbarukan untuk dikonversi menjadi listrik mencapai 422 – 500 GW, atau
7-8 kali dari total kapasitas pembangkit terpasang saat ini. Dari potensi ini baru
sekitar 2% yang dimanfaatkan secara komersial. Energi matahari memiliki potensi
lebih dari 200-280 GW dengan efisiensi teknologi photovoltaic saat ini tetapi
pemanfaatannya kurang dari 100 MW. Dibandingkan dengan negara-negara tetangga,
pemanfaatan energi matahari Indonesia sangat jauh tertinggal. Laporan ini
merupakan laporan tahunan yang dikeluarkan IESR yang dimaksudkan sebagai sumber
informasi bagi publik sekaligus alat pemantauan perkembangan energi bersih di
Indonesia. Dengan laporan ini, diharapkan publik memiliki sumber informasi yang
kredibel dan dapat terlibat aktif mendorong reformasi kebijakan, pengembangan
instrumen pendukung, dan penguatan kelembagaan untuk meningkatkan pembangunan
energi bersih di Indonesia.
Selama satu dekade terakhir
pembangkit listrik berbahan bakar fosil masih mendominasi penyediaan tenaga
listrik di Indonesia. Energi fosil mencapai 86,58% dari total pasokan listrik,
terdiri dari porsi batubara mencapai 60%, dan diikuti oleh sumber bahan bakar
fosil lain seperti minyak dan gas bumi. PLN mencatat bauran energi baru
terbarukan (EBT) untuk pembangkitan hingga Mei 2019 telah mencapai 13,42%
dengan porsi terbesar berada pada energi air. Lebih terperinci, hingga Mei
2019, persentase pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang beroperasi mencapai
7,61%. Selanjutnya, secara berturut-turut, porsi pembangkit listrik tenaga
panas bumi (PLTP) mencapai 4,95%, pembangkit listrik tenaga diesel 0,59%, serta
EBT lainnya seperti surya, angin, dan biomassa 0,27 persen.
pembangkit listrik berbahan bakar fosil masih mendominasi penyediaan tenaga
listrik di Indonesia. Energi fosil mencapai 86,58% dari total pasokan listrik,
terdiri dari porsi batubara mencapai 60%, dan diikuti oleh sumber bahan bakar
fosil lain seperti minyak dan gas bumi. PLN mencatat bauran energi baru
terbarukan (EBT) untuk pembangkitan hingga Mei 2019 telah mencapai 13,42%
dengan porsi terbesar berada pada energi air. Lebih terperinci, hingga Mei
2019, persentase pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang beroperasi mencapai
7,61%. Selanjutnya, secara berturut-turut, porsi pembangkit listrik tenaga
panas bumi (PLTP) mencapai 4,95%, pembangkit listrik tenaga diesel 0,59%, serta
EBT lainnya seperti surya, angin, dan biomassa 0,27 persen.
Jawa Barat merupakan
provinsi dengan kapasitas terpasang pembangkit listrik berbasis energi
terbarukan yang terbesar pada tahun 2017, dengan total kapasitas 3.240 MW
terdiri dari 61% PLTA & 36% PLTP, diikuti oleh Sumatera Utara dengan
kapasitas 1.153 MW berasal dari 84% PLTA, dan Sulawesi Selatan dengan kapasitas
574 MW berasal dari 91% PLTA. Total kapasitas terpasang di provinsi-provinsi
tersebut mencakup 55% dari total kapasitas nasional. Provinsi-provinsi seperti
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat, Papua, dan Sulawesi
Selatan memiliki potensi energi terbarukan yang cukup besar yang mencapai lebih
dari 20 GW. Pemanfaatan energi terbarukan setempat untuk pembangkitan listrik
dapat menjadi solusi untuk daerah terpencil atau perdesaan karena tidak
memerlukan pasokan bahan bakar yang terus menerus seperti pembangkit yang
berbasis fosil sehingga biaya produksi tenaga listrik menjadi lebih murah.
provinsi dengan kapasitas terpasang pembangkit listrik berbasis energi
terbarukan yang terbesar pada tahun 2017, dengan total kapasitas 3.240 MW
terdiri dari 61% PLTA & 36% PLTP, diikuti oleh Sumatera Utara dengan
kapasitas 1.153 MW berasal dari 84% PLTA, dan Sulawesi Selatan dengan kapasitas
574 MW berasal dari 91% PLTA. Total kapasitas terpasang di provinsi-provinsi
tersebut mencakup 55% dari total kapasitas nasional. Provinsi-provinsi seperti
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat, Papua, dan Sulawesi
Selatan memiliki potensi energi terbarukan yang cukup besar yang mencapai lebih
dari 20 GW. Pemanfaatan energi terbarukan setempat untuk pembangkitan listrik
dapat menjadi solusi untuk daerah terpencil atau perdesaan karena tidak
memerlukan pasokan bahan bakar yang terus menerus seperti pembangkit yang
berbasis fosil sehingga biaya produksi tenaga listrik menjadi lebih murah.
Sumber: liputan6.com |
Dalam jangka menengah, PLTA
masih akan menjadi target bauran energi terbesar pada Rencana Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik (RUPTL) 2019—2028. Pada RUPTL PLN 2019- 2028, ditargetkan
ada penambahan kapasitas pembangkit EBT sebesar 16,76 gigawatt (GW). Dari rencana
penambahan tersebut, PLTA mendominasi dengan porsi 48 persen. Posisi kedua
ditempati PLTP sebesar 27 persen. Sisanya, pembangkit listrik tenaga
mikrohidro (PLTM) 9 persen, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) 6 persen,
pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) 5 persen, pembangkit listrik tenaga
sampah (PLTSa) 5 persen, dan pembangkit listrik tenaga arus laut (PLTAL) 0,04
persen. Yuk, kita kawal dan dukung terus usaha pemerintah dalam meningkatkan
produksi energi hijau untuk kita dan lingkungan di masa depan!
masih akan menjadi target bauran energi terbesar pada Rencana Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik (RUPTL) 2019—2028. Pada RUPTL PLN 2019- 2028, ditargetkan
ada penambahan kapasitas pembangkit EBT sebesar 16,76 gigawatt (GW). Dari rencana
penambahan tersebut, PLTA mendominasi dengan porsi 48 persen. Posisi kedua
ditempati PLTP sebesar 27 persen. Sisanya, pembangkit listrik tenaga
mikrohidro (PLTM) 9 persen, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) 6 persen,
pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) 5 persen, pembangkit listrik tenaga
sampah (PLTSa) 5 persen, dan pembangkit listrik tenaga arus laut (PLTAL) 0,04
persen. Yuk, kita kawal dan dukung terus usaha pemerintah dalam meningkatkan
produksi energi hijau untuk kita dan lingkungan di masa depan!
Sumber:
iesr.or.id
ekonomi.bisnis.com
Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.