Assalamu’alaikum WarahmatulLahi
WabarakatuH, semoga kita selalu dalam lindungan dan hidayah Allah Ta’ala. Kita
lanjutkan membaca memetik kalam-kalam hikmah dari kitab al-Hikam Ibnu Athaillah
Assakandary. Semoga kita dipermudah dalam memahami dan mengamalkannya. Al-‘Ilmu
an-Nafi’.
WabarakatuH, semoga kita selalu dalam lindungan dan hidayah Allah Ta’ala. Kita
lanjutkan membaca memetik kalam-kalam hikmah dari kitab al-Hikam Ibnu Athaillah
Assakandary. Semoga kita dipermudah dalam memahami dan mengamalkannya. Al-‘Ilmu
an-Nafi’.
BACA JUGA MAQOLAH KE-II (Pertemuan Pertama)
Kali ini pertemuan ke-2 dari
maqolah al-Hikam Ibnu Athailah Assakandary:
maqolah al-Hikam Ibnu Athailah Assakandary:
إرادتك التجريد مع إقامة الله
إياك في الأسباب من السهوة الخفية، وإرادتك الأسباب مع إقامة الله إياك في التجريد
إنحطاط عن الهمة العلية.
إياك في الأسباب من السهوة الخفية، وإرادتك الأسباب مع إقامة الله إياك في التجريد
إنحطاط عن الهمة العلية.
“Keinginan Anda
berada pada suatu maqom tajrid, bersamaan dengan itu Allah Ta’ala mendudukkan
Anda pada maqom asbab adalah termasuk syahwat yang samar, sedangkan keinginan
Anda berada pada maqom asbab, bersamaan dengan itu Allah Ta’ala mendudukkan
Anda pada maqom tajrid adalah terjatuh dari himmah (kedudukan) yang tinggi.”
berada pada suatu maqom tajrid, bersamaan dengan itu Allah Ta’ala mendudukkan
Anda pada maqom asbab adalah termasuk syahwat yang samar, sedangkan keinginan
Anda berada pada maqom asbab, bersamaan dengan itu Allah Ta’ala mendudukkan
Anda pada maqom tajrid adalah terjatuh dari himmah (kedudukan) yang tinggi.”
Dari postingan sebelumnya, kita
sudah mempunya tashawwur (gambaran) apa itu tajrid ? apa itu asbab?
Seberapa had-batasannya, sehingga kita mempunyai pandangan (an-nadlr)
bahwa dalam syahwat yang samar termasuk su’ul adab adalah seorang santri yang
belum tamam (sempurna keilmuannya) terburu-buru mendudukkan diri sebagai
seorang Guru, Kiai atau bahkan Ulama, apalagi awam atau mu’alaf yang belum
banyak mengetahui disiplin ilmu islam.
sudah mempunya tashawwur (gambaran) apa itu tajrid ? apa itu asbab?
Seberapa had-batasannya, sehingga kita mempunyai pandangan (an-nadlr)
bahwa dalam syahwat yang samar termasuk su’ul adab adalah seorang santri yang
belum tamam (sempurna keilmuannya) terburu-buru mendudukkan diri sebagai
seorang Guru, Kiai atau bahkan Ulama, apalagi awam atau mu’alaf yang belum
banyak mengetahui disiplin ilmu islam.
Ingatan kita tentang ungkapan penyarah
kitab asy-Syaikh As-Syarqawi (rahimahulLah) masih segar, bahwa keterlanjuran
diterimanya murid yang belum tamam (sempurna keilmuannya), bagaikan racun yang
mematikan. Jauh-jauh hari Rasulullah
ShallalLahu ‘alaihi wasalam, dari riwayat Abu Hurairah (radlialLahu ‘anh)
mengingatkan.
kitab asy-Syaikh As-Syarqawi (rahimahulLah) masih segar, bahwa keterlanjuran
diterimanya murid yang belum tamam (sempurna keilmuannya), bagaikan racun yang
mematikan. Jauh-jauh hari Rasulullah
ShallalLahu ‘alaihi wasalam, dari riwayat Abu Hurairah (radlialLahu ‘anh)
mengingatkan.
وعن أبي هريرة
رضي الله عنه قال : بينما كان
النبي صلى الله عليه وسلم يحدث إذ جاء
أعرابي فقال : متى الساعة ؟ قال : ” إذا ضيعت الأمانة فانتظر الساعة ” .
قال : كيف إضاعتها ؟ قال : ” إذا وسد الأمر إلى غير أهله فانتظر الساعة
” . رواه البخاري .
رضي الله عنه قال : بينما كان
النبي صلى الله عليه وسلم يحدث إذ جاء
أعرابي فقال : متى الساعة ؟ قال : ” إذا ضيعت الأمانة فانتظر الساعة ” .
قال : كيف إضاعتها ؟ قال : ” إذا وسد الأمر إلى غير أهله فانتظر الساعة
” . رواه البخاري .
“Dari riwayat Abi
Hurairah (radlialLahu ‘anh), bahwa ketika beliau berkhutbah, datang seorang
Arab Badui menanyakan, kapan hari kiyamat? Ketika amanah disia-siakan maka
pastilah datang hari kiyamat, jawab rasulullah. Bagaimana amanat disia-siakan,
ya rasulullah? Jika suatu perkara diserahkan kepada selain ahlinya, tegas
rasulullah.”
Hurairah (radlialLahu ‘anh), bahwa ketika beliau berkhutbah, datang seorang
Arab Badui menanyakan, kapan hari kiyamat? Ketika amanah disia-siakan maka
pastilah datang hari kiyamat, jawab rasulullah. Bagaimana amanat disia-siakan,
ya rasulullah? Jika suatu perkara diserahkan kepada selain ahlinya, tegas
rasulullah.”
Al-amru/suatu perkara tersebut menurut syaikh Ali al-Qary (rahimahullah)
dalam Mirqat al-Mashabih, adalah urusan kepemimpinan (amr as-Suthan),
regulasi pemerintah (imarah), putusan hukum (al-qadla), serta
hukum-hukum islam (al-hukumiyah). Sedangkan faktanya dari semua hal
tersebut mengalami penurunan yang masif terutama lemahnya nilai-nilai Islam,
akibat dari Ulama yang bukan semestinya, awam yang di’ulamakkan.
dalam Mirqat al-Mashabih, adalah urusan kepemimpinan (amr as-Suthan),
regulasi pemerintah (imarah), putusan hukum (al-qadla), serta
hukum-hukum islam (al-hukumiyah). Sedangkan faktanya dari semua hal
tersebut mengalami penurunan yang masif terutama lemahnya nilai-nilai Islam,
akibat dari Ulama yang bukan semestinya, awam yang di’ulamakkan.
Nampaknya kita terjebak dalam
urusan ini sehingga Ulama yang sesungguhnya pun menghabiskan waktu untuk
menjelaskan permasalahan yang sangat serius ini kepada santri dan jama’ahnya,
selain itu Ulama-ulamaan tersebut sering merebut panggung bertabrakan dalam
arus sosial yang tajam. Sehingga masyarakat awam –seperti alfaqir ini– sering
bertabrakan satu samalain dalam furu’iyah, ubudiyah sosial, serta politik yang
tidak sehat.
urusan ini sehingga Ulama yang sesungguhnya pun menghabiskan waktu untuk
menjelaskan permasalahan yang sangat serius ini kepada santri dan jama’ahnya,
selain itu Ulama-ulamaan tersebut sering merebut panggung bertabrakan dalam
arus sosial yang tajam. Sehingga masyarakat awam –seperti alfaqir ini– sering
bertabrakan satu samalain dalam furu’iyah, ubudiyah sosial, serta politik yang
tidak sehat.
Mungkin al-Hikam menjawab
permasalahan ini dengan cara tetaplah mendudukkan diri pada maqom asbab jika
oleh Allah Ta’ala kalian ditakdirkan berada pada maqom asbab, dan tetaplah
mendudukkan diri dimaqom tajrid jika Allah Ta’ala menghendaki kalian dimaqom
tajrid.
permasalahan ini dengan cara tetaplah mendudukkan diri pada maqom asbab jika
oleh Allah Ta’ala kalian ditakdirkan berada pada maqom asbab, dan tetaplah
mendudukkan diri dimaqom tajrid jika Allah Ta’ala menghendaki kalian dimaqom
tajrid.
Seseorang yang didudukkan oleh
Allah Ta’ala pada maqom tajrid, kedudukan yang bi ghoiri yuhtasab, atau
kedudukan tanpa banyak keterkaitan asbab. Jika ia mendudukkan dirinya pada
maqom asbab maka dirinya layaknya terlempar dari kedudukan yang tinggi.
Allah Ta’ala pada maqom tajrid, kedudukan yang bi ghoiri yuhtasab, atau
kedudukan tanpa banyak keterkaitan asbab. Jika ia mendudukkan dirinya pada
maqom asbab maka dirinya layaknya terlempar dari kedudukan yang tinggi.
Tashawwur (gambanrannya) seperti
bos yang mendudukan dirinya sebagai pekerja, guru yang mendudukkan dirinya
sebagai murid, atau Ulama yang terlampaui akan tetapi mendudukakan dirinya pada
maqom santri bahkan awam. Maka mereka seperti terlempar dari kedudukan yang
tinggi, muru’ah serta harga dirinya tertawan oleh tingkah lakunya sendiri.
bos yang mendudukan dirinya sebagai pekerja, guru yang mendudukkan dirinya
sebagai murid, atau Ulama yang terlampaui akan tetapi mendudukakan dirinya pada
maqom santri bahkan awam. Maka mereka seperti terlempar dari kedudukan yang
tinggi, muru’ah serta harga dirinya tertawan oleh tingkah lakunya sendiri.
Demikian, semoga bermanfaat!
InsyaAllah, minggu depan kita
lanjutkan dengan maqolah setelahnya. Betapa banyak orang yang terlihat tanpa
pengaruh dimata penghuni dunia tapi diperhitungkan oleh penduduk langit, waqila
disebabkan memilih selamat dari pada terlihat hebat dimata manusia. Fafham!
lanjutkan dengan maqolah setelahnya. Betapa banyak orang yang terlihat tanpa
pengaruh dimata penghuni dunia tapi diperhitungkan oleh penduduk langit, waqila
disebabkan memilih selamat dari pada terlihat hebat dimata manusia. Fafham!
Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.