Penulis : Cinta Sabrina Pratiwi
(Sumber : orami.co.id)
Sistem pemeliharaan kucing bisa berbeda beda ternyata loh!
1. Kucing yang dipelihara oleh pemiliknya secara intensif dengan dikandangkan dan diberikan makanan khusus serta perawatan kesehatan secara teratur.
2. Kucing yang dipelihara namun dibiarkan bebas untuk mencari makan dan minum sendiri.
3. Kucing liar yang tidak mempunyai pemilik dan hidup dengan mencari makan di sembarang tempat.
Pemeliharaan yang kurang baik bisa menyebabkan terinfeksi penyakit cacingan loh! Risiko terkena cacingan oleh Paw Kids bisa meliputi cara manajemen pemeliharaan dengan cara dikandangkan atau tidak dikandangkan, cara pemberian makanan dengan makanan yang seimbang atau kucing mencari makanan sendiri, kebersihan lingkungan yang bersih atau kotor dan pemberian obat anti helmintika.
Sistem pemeliharaan yang kurang baik bisa menyebabkan kucing terinfeksi berbagai macam penyakit cacingan yang diakibatkan parasit, salah satunya adalah toxocariasis.
Toxocariasis Itu Apa?
Toxocariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing dari genus Toxocara. Terdapat spesies toxocara yaitu Toxocara canis menyerang anjing dan Toxocara cati menyerang kucing. Penyakit toxocariasis ini tidak saja berbahaya bagi Paw Kids, tetapi juga dapat berbahaya ke Pet Mates!. Sehingga toxocariasis termasuk golong penyakit zoonosis (penyakit yang dapat menular antara hewan dan manusia).
(Sumber : https://www.cdc.gov/dpdx/toxocariasis/modules/Toxocara_LifeCycle_lg)
Cara terinfeksinya kucing dengan penyakit ini yaitu jika menelan telur berembrio bersama makanan dan air.
1. Telur infektif akan menetas pada usus halus beberapa jam setelah ditelan, larva bermigrasi melalui sistem sirkulasi dan menuju ke hati, seterusnya larva terbawa sampai ke paru-paru (sistem respirasi).
2. Pada paru-paru, L2 akan berubah menjadi L3. Kemudian pada hari ke 10, L3 menembus alveoli menuju bronkus, trakea dan faring, akhirnya terjadi iritasi yang menyebabkan kucing batuk, sehingga larva tertelan masuk kembali ke saluran digesti.
3. Selanjutnya berubah menjadi L4 setelah dua minggu terinfeksi dan dalam usus halus berkembang menjadi cacing dewasa kelamin setelah 3-4 minggu terinfeksi (Soulsby, 1982).
4. Cacing betina dewasa bertelur, kemudian telur dikeluarkan lewat feses dan berkembang di lingkungan dalam waktu 10- 14 hari sampai menjadi infektif (Levine, 1994).
5. Infeksi Toxocara cati juga bisa melalui transmamary yakni larva cacing pada induk yang terinfeksi akan bermigrasi ke glandula mammae dan anak kucing akan terinfeksi melalui air susu (Dunn, 1978).
Bagaimana Gejala Toxocariasis?
Gejala yang dapat ditimbulkan Paw Kids yang terinfeksi toxocariosis yaitu kekurusan, rambut kusam, pembesaran perut, muntah, dan diare. Gejala batuk dapat terjadi akibat migrasi melalui sistem respirasi. Migrasi larva pada kucing muda dapat berakibat pneumonia.
Cacing dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan penurunan penyerapan bahan makanan, hingga terjadi hipoalbuninemia yang dapat menyebabkan kekurusan dengan perut membesar dan pada beberapa kasus dapat terjadi kematian (Overgaauw, 1997).
Didalam usus, cacing akan menyerap sari sari makanan sehingga tubuh kucing semakin kurus dan kondisi tubuhnya menurun akibat kekurangan gizi. Selain mengganggu sistem pencernaan, cacing cacing ini juga dapat merusak usus. Perut akan membuncit karena timbunan caicng di dalam usus. Penumpukan cacing di usus, akan mengakibatkan kesulitan buang kotoran (konstipasi) maupun obstruksi (sumbatan) pada usus.
Pencegahan Yang Bisa Dilakukan
Pencegahan yang bisa dilakukan Pet Mates yaitu tidak membuang kotoran hewan di lingkungan sekitar karena dapat terjadi kontaminasi lingkungan sekitar yang mana tempat bermain dari kucing itu sendiri, serta selalu membersihkan kandang atau pasir dari kotoran setiap harinya, dan untuk Pet Mates selalu mencuci tangan setelah bermain dengan Paw Kids ya!
Pengobatan Toxocariasis
Untuk pengobatan dari Toxocariasis sendiri harus segera dibawa ke dokter hewan terdekat agar diperiksa tingkat keparahan dari penyakit tersebut dan jangan memberikan obat sembarangan ke Paw Kids karena dosis berbeda beda tergantung dari berat badan dan tingkat keparahan penyakit yang diderita kucing tersebut, maka pemberian obat harus dilakukan oleh dokter hewan ya!
Referensi
Soulsby, E.J.L. (1982). Helminth, Anthropods and Protozoa of Domesticated Animal 7th Ed. Bailliera Tindal, London.
Levine N.D. (1994). Textbook of Veterinary Parasitology. Burgers Publishing Company. Terjemahan: Ashadi G. Wardiarto Ed. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Dunn, A.M. (1978). Veterinary Helminthology 2nd Ed. Wilian Heineman Medical Books LTD, London.
Overgaauw, P.A. (1997). Aspect of Toxocara epidemiology: toxocariasis in dogs and cats. Journal Parasitol, 23(3) : 215-231.
Murniati, Sudarnika, e. dan Ridwan, Y. (2016). Prevalensi dan faktor risiko infeksi toxocara cati pada kucing peliharaan di kota Bogor. Jurnal Kedokteran Hewan, 10 (2) : 139-142.
Nealma, S., Dwinata, I. M. dan Oka, I. D. B. (2013). Prevalensi infeksi cacing toxocara cati pada kucing lokal di wilayah Denpasar. Indonesia Medicus Veterinus, 2(4) : 428-436.
