Uncategorized

الإطناب ( Balaghoh Bab Ithnab )


الإطناب 
BAB
I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Al-Qur’an adalah Maha karya agung bukti
kebesaran Alloh, tuhan semesta alam. Al-Qur’an juga adalah sebagai mukjizat
terbesar bagi Rosul pilhan Alloh nabi akhiruzzaman yakni nabi Muhammad Saw. Di dalamnya
kita dapat menyaksikan segala rahasia maknanya yang bersinar laksana cahaya
keindahan, yang menjadikan hati dan pikiran terasa senang, dan bersuka cita
menyelami kandungan keindahan maknanya. Tentu hal itu merupakan keinginan bagi
setiap orang yang beriman untuk bisa mengerti dan memahami apa isi dan
kandungan Al-Qur’an tersebut.
Ilmu Balaghoh adalah kuncinya, karena
dengan ilmu ini merupakan intisari dari kedua fan ilmu alat yang sudah maklum
dipelajari di dunia pesantren yakni Nahwu dan shorof. Jika dalam ilm nahwu kita
diajaraitarkib dan I’rob sedangkan unuk shorofnya mengajarkan tentang maknanya.
Maka ilmu balaghoh mengajari kita bagaimana arti dan maksud dari maknanya.
Dalam pembahasan kali ini akan kami
bahas mengenai Ithnab, yang merupakan sub pembahasan dari balaghoh itu
sendiri.  Selamat mempelajari….
B.     Rumusan Masalah
  1. Apakah
    pengertian ithnab itu?
  2. Apakah
    faidahnya dari ithnab itu?
C.    Tujuan Pembahasan
  1. Mengerti dan
    memahami pengertian dari ithnab
  2. Mengerti dan
    memahami faidah-faidah dari ithnab

BAB
II
PEMBAHASAN
A.    Devinisi Ithnab
هو تعدية المعنى بلفظ ازيد منه
لفاعدة
Yaitu
mendatangkan makna dengan menggunakan lafadz yang melebihinya, karena adanya
suatu faidah.[1]
Contoh
:
Seperti
firman Alloh[2]:
قال رب إني وهن العظم مني واشتعل
الرأس شيبا
Ia
berkata “ Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah
ditumbuhi uban,
(QS. Maryam 4)
Maksudnya
ayat diatas adalah: Saya sudah tua, jadi tafsiran ayat diatas adalah

كبرت
Dan
seperti ucapan nadzim:
كالزم رعاك الله قرع الباب
(tetaplah
kamu, semoga Alloh selalu menjagamu untuk mengetuk pintu rahmatnya)
Faidah
dalam contoh diatas sesungguhnya selalu mengetuk pintu rahmat Alloh tidaklah
berfaidah jika tidak bersamaan penjagaan dan pertolongan alloh.
Catatan
:
Apabila
penambahan suatu lafadz itu tidak ada faidahnya maka dinamakan tathwil, apabila
lafadznya tidak ditentukan, dan dinamakan hasywu apabila lafadznya tertentu.
Contoh
:
Tathwil
Seperti
ucapan Addi Al-Ubbadi tentang juzaimah Al-Abrosyi:
وقدت الأديم لراهشيه # والف قولها
كذبا ومينا
Si
Zaba’ telah memotong kulit,
Hingga
mencapai dua urat hastanya.
Si
Juzaimah menunjukkan ucapannya,
Dusta
dan dusta belaka”.
Pada
contoh tersebut, lafadz al-maina dan al-kadzibu adalah satu makna, namun tidak
tertentu lafadz yang dijadikan ziyadah (tambahan) dari keduanya. Sebab
mengathofkan dengan wawu tidak memberikan faidah arti tertib, mengiringi atau
bersamaan.
Hasywu[3]
Seperti
ucapan Zuhair bin Abi Salma:
واعلم علم اليوم والأمس قبله #
ولكنني عن علم ما في غد عمى
“Dan
aku mengetahui pengetahuan hari ini, dan hari kemarin, sebelumnya,
Akan
tetapi aku buta
Tentang
apa yang terjadi besok”.
Masing-masing
dari hasywu dan tathwil adalah tergolong cacat dalam ilmu bayan, keduanya
terlepas dari tingkatan sastra (Balaghoh)
B.     Faidah-faidah Ithnab
Hal-hal yang mendorong mutakallim
menyusun bentuk Ithnab karena memiliki beberapa tujuan faidah, yaitu :
1.      Al-Idloh ba’da al-Labsi yaitu
menjelaskan makna yang dikehendaki mutakallim setelah sebelumnya disamarkan.
Karena
hal itu lebih menetapkan makna dalam hati, karena mukhotob mengetahui makna
dalam dua bentuk, bentuk yang pertama samar (belum jelas) dan bentuk yang kedua
menjelaskannya, akhirnya hati mukhotob merindukan dan ingin mengetahui makna
yang masih samar tersebut, setelah mengetahuinya menjadi lebih menetap dalam
hatinya.
Contoh
:
Seperti
firman alloh swt.
وفضينا إليه ذالك الأمر أن دابر هؤلاء
مقطوع مصبحين
“Dan
telah kami wahyukan kepadanya (Luth) perkara itu, yaitu bahwa mereka akan
ditumpas habis diwaktu subuh.
(Al-Hijr: 66)
Firman
Alloh, adalah tafsiran dan penjelasan bagi lafadz . faidahnya adalah memuliakan
kedudukan makna yang dijelaskan dan juga menetapkannya didalam hati.
Dan
firman Alloh yang lain
هل أتاك حديث الغشية 1 وجوه ىومئد خاشعه
2
Sudah
datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan ? banyak muka pada hari itu
tunduk terhina
. (QS Al-Ghosyiyah 1-2)
2.      Ighol
Yaitu mengahiri kalam dengan lafadz yang
memberikan suatu faida, yang seandainya tanpa lafadz itu faidah kalam sudah
sempurna, seperti makna mubalaghoh.
Seperti
ucapan Al-Khonsa :
وان صرخالتاءتم الهداةله # كانه علم
فى راء سه نار
Sesungguhnya
para pemberi petunjuk mengikuti Shakhr
Seolah-olah
ia
Sebuah
bendera yang ada api diatasnya “
Ucapan
Al-Khonsa Ka annahu ‘alamun adalah sudah memenuhi maksud, tetapi ia
mengiringinya dengan ucapan ka anna fi ro’sihi narun.
Dalam
contoh yang lain firman Alloh :
والله يرزق من يشا ءبغير حساب
Dan
Alloh memberi rizki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas”
(QS
Al-Baqoroh 212)
3.      Tadzyil

Yaitu mengiringi suatu jumlah dengan jumlah yang lain yang mengandung maknanya
jumlah sebelumnya karena untuk tujuan mengokohkan.
Seperti
Firman Alloh :
وقل جاء الحق وزهق الباطل ان الباطل
كان زهوقا
Dan
katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya
yang batil itu pasti lenyap.
(QS. Al Isro’ 81)
4.      Takrir
وهودكر الشىء مرتين فاكثر لاغراض

Yaitu menuturkan suatu makna dua kali atau lebih karena beberapa tujuan”
ü  Untuk mengukuhkan (ta’kid)
ü  Untuk memanjangkan kalam supaya tidak
terputus dan tidak mempunyai keindahan
ü  Untuk menjelaskan secara merata (Qosdul
isti’thof)
ü  Lebih mendorong dalam memaafkan
ü  Menarik simpati mukhotob agar mau
menerima khitob
ü  Mengagungkan kedudukan mukhotob
ü  Merasa lezat dengan menyebut suatu
lafadz.
5.      I’tirodl
وهوان تؤتى جملة فاكثر بين الشيئين
متلازمين لنكتة
I’tirod
didatangkan karena dengan beberapa tujuan, diantaranya :
Mendo’akan
Mengingatkan
terhadap keutamaan ilmu
Mensucikan
Menambah
pengukuhan
Memohon
belas kasih
6.      Takmil
Yang
juga bisa dinamakan dengan ihtiros, yaitu :
وهو ان يؤتى فى كلام يوهم خلاف
المقصود بما يدفعه
“Apabila
didalam kalam yang memberi pengertian kesalah pahaman didatangkan lafadz yang
menolak kesalah pahaman tersebut.
Jadi
takmil itu terjadiketika mutakallim menghadirkan suatu makna yang dimungkinkan
akan dicela, lalu ia mengerti dan menggantinya dengan suatu makna yang
menolaknya.
7.     Tatmim
وهو وان يؤتى فى كلام لا يوهم خلاف المقصود
بفضلة كالمفعول والحال والتمييز لنكتة كالمبالغة
Yaitu
apabila didatangkan didalam kalam yng tidak ada dugaan kesalahpahaman suatu
fudlah, seperti maf’ul bih, hal dan tamyiz karena adanya satu faidah, seperti
mubalaghoh dalam memuji.
Menuturkan
makna yang khusus setelah makna yang umum
Seperti
firman Alloh :
على الصلوات والصلوة الوسطى وقوموالله
قنتي احفظو
“Peliharalah
semua sholat(mu), dan peliharalah sholat wusthaa.
(QS. Al Baqoroh
238)”
Faidahnya
disini adalah untuk mengingatkan terhadap keutamaanya makna yang khusus (Ash-Sholatil
wustho), sehingga karena kemuliaan dan keluhurannya itu merupakan bagian yang
lain dari sebelumnya.
Menuturkan
Makna yang umum setelah makna yang khusus.
Seperti
firman Alloh :
رب اغفرلى ولوالدى ولمن دخل بيتى
مؤمنا وللمؤ منين والمؤمنت
Ya
Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk rumahku dengan beriman
dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan.”
(QS.
Nuh 28)
Menyebutkan
lafadz mukminin dan mukminat karena mencakup pada semua satua yang telah
disebutkan, dan lebih memperhatikan pada makna yang khusus karena disebutkan
dua kali dalam cakupan makna lafadz yang umum setelah sebelumnya disebutkan
dalam bentuk yang khusus.



BAB
III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pembahasan yang sudah bersama
kita bahas terdapat beberapa poin penting mengenai Ithnab itu, diantaranya
yaitu :
ü  Ithnab didatangkan dengan tujuan untuk
menjelaskan makna yang dikehendaki mutakallim (orang yang berbicara)  setelah sebelumnya disamarkan, karena
kerinduan sami’ untuk mengetahui, supaya memberikan kemantapan pada hatinya
sami’.
ü  Beberapa faidah dari Ithnab itu,
diantaranya :
1.      Al-Idloh ba’da Al-Labsi
2.      Ighol
3.      Tadzil
4.      Takrir
5.      I’tirodl
6.      Takmil
7.      Tatmim
B.     Kritik Dan Saran
Alhamdulillah penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya, meskipun begitu sangatlah kami
butuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari segenap rekan semester VI
PBA demi kemajuan dan perbaikan penulisan makalah kami dikemudian hari. Terima
kasih



DAFTAR PUSTAKA
Shofwan, Sholihudin. 2010. Pengantar
Memahami Nadhom Jauharul Maknun
. Darul Hilmah; Jlopo Jombang
Al Qur’an Departemen Agama Republik
Indonesia
Kitab Jauharul Maknun



[1]Shofwan,
Sholihudin.2010 Pengantar  Memahami Jauharul
Maknun.
Jombang: Darul Hikmah hal:90
[2] Al
Qur’an, Departemen Agama RI, Surat : Maryam ayat:4
[3]Shofwan,
Sholihudin. 2010 Pengantar  Memahami
Jauharul Maknun
. Jombang: Darul Hikmah hal: 91

Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top